Haiiii, lama sekali tidak mengikuti tantangan menulis bersama Komunitas Ibu Bahagia. Jujur aja aku kangen, namun entah mengapa rasa mager selalu mengalahkanku hehehe.
Hingga kemarin muncul lagi tantangan menulis bersama KIB yang terbaru, bertemakan "Pancasila Selalu dalam Sanubariku" untuk periode 26 Mei-1 Juni 2022. Sebetulnya dari kemarin aku masih ragu untuk ikutan. Asli bingung kira-kira mau nulis tentang apaan, belum ada bayangan sama sekali hihihi.
Eh, qodarullah ada kejadian unik tadi malam setelah adzan Maghrib berkumandang dari masjid di dekat rumah. Ketika aku, suami, dan kedua anakku bersiap akan melakukan salat Maghrib berjamaah di rumah, terdengar suara bising dari knalpot motor yang sedang digeber oleh sekumpulan anak muda di depan rumah tetanggaku. Sejak sore tadi mereka sudah berisik, sepertinya sedang mengetes motor.
Tapi kan sudah masuk malam dan waktunya salat Maghrib, asli sangat mengganggu dan membuyarkan konsentrasi. Dan emangnya mereka nggak salat, ya?! Hadewww mamak nggak habis pikir.
Aku pun menggerutu dan segera beranjak keluar teras untuk menegur mereka. Namun langkah sempat terhenti karena suami memberi interupsi, "Udah biarin Mih, itu kan ada bapaknya di situ."
Bah. Lalu emang kenapa kalau ada bapaknya, apa itu menjadi alasan untuk berbuat sesuka hati mereka dan tidak mengindahkan kenyamanan tetangga lainnya? Padahal berisik knalpotnya itu sudah sejak Ashar, lho. Mbok ya berhenti dululah di waktu salat, kan betul-betul mengganggu. Asli kesal banget, deh.
"Iya aku tau mereka lagi ngurusin motor, tapi kita ini juga kan mau salat. Hak kita juga loh untuk butuh ketenangan," jawabku tegas kepada suami.
Dari kejadian itu, aku mendapat sebuah insight tentang keadilan untuk semua warga. Masih bisa dong, dikaitkan dengan tema Pancasila kali ini, hihihi. Saat menuliskan kisah ini pun aku sambil cengar-cengir, ternyata unik juga ya cara Allah untuk menggerakkan aku kembali menulis di sini😆
Kejadian tadi juga membawaku bernostalgia ke masa-masa sekolah dasar ketika aku mengikuti upacara bendera di lapangan. Masih terekam kuat juga bagaimana prosesi pembacaan dasar negara, yaitu petugas pembaca Pancasila membacakan dahulu dengan suara lantang dari ujung kanan lapangan, kemudian aku bersama seluruh anggota upacara lainnya mengikuti setelahnya dengan penuh semangat. Bahkan tak jarang siswa yang sambil berteriak saking semangatnya.
Pancasila.
1. Ketuhanan yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Perwusyawararan dan Perwakilan.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
(duuuhhh, asli jadi makin kangen sama masa-masa kecil ketika menggunakan seragam sekolah🥲)
Oke, balik lagi ke Pancasila dan kisah suara knalpot bising tadi. Sepertinya nilai-nilai luhur Pancasila sudah luntur dalam sanubari mereka. Eh, atau nggak pernah ikut upacara atau jangan-jangan nggak hafal sama Pancasila sila ke-5 nih?
Padahal, bertetangga juga perlu yang namanya keadilan. Ada saatnya seseorang tidak boleh memaksakan kehendaknya demi kepuasan diri sendiri, dan harus tetap menghormati tetangganya.
Bahkan di sila ke-2 pun disinggung soal kemanusiaan dan adab. Apakah anak-anak muda jaman now itu mengalami degradasi adab atau gimana, sih? Entahlah, aku nggak mau pusingin soal anak orang.
Seketika itu juga aku langsung menasehati Arsya dan Aisyah agar senantiasa menghormati hak-hak orang lain. Anak kecil fitrahnya masih bersih, insyaAllah.
Oh ya kalau kalian bertanya bagaimana kelanjutan kisah knalpot bising tadi, iya, akhirnya aku memutuskan untuk tetap menegur dan menasehati mereka. Biasalah, naluri emak-emak ketika melihat ketidak beresan di depan mata hehehe. Dengan sopan juga dong tentunya, agar sama-sama enak, ya kan? ☺️
Alhamdulillah, it works. Setelah itu suasana kembali tenang. Aku, suami dan anak-anak pun melanjutkan salat yang sempat tertunda. Sempat kulihat juga mereka memasuki rumah sebelah, sepertinya sih melakukan salat Maghrib juga (semoga tebakanku benar).
Semoga kisah ini dapat menjadi pelajaran untuk semuanya. Bahwa setiap warga memiliki hak yang sama, dan dalam bertetangga pun memiliki adab-adabnya. Satu lagi yang menurutku tidak kalah penting, jangan pernah ragu untuk saling memberikan nasihat, selama itu mengandung kebenaran dan kebaikan untuk bersama.
Tambun, 26 Mei 2022
Keadilan Untuk Semua Warga
Share This Article :
Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup pada kolom komentar, kalau masih nekat mohon maaf komentarmu akan dihapus ya🙏