MqBcMqB9MqRaLWJcNWB6Mqx6LCMkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANLITE104

Bangga Menjadi Santri Husnul Khotimah

Bismillah, hari ini tanggal 22 Oktober adalah hari yang sangat spesial. Hari apakah ini?


Yap betuuul, Hari Santri Nasional. Mereka yang pernah nyantri ramai-ramai memposting foto serta cerita-cerita seru selama menjadi santri. Dan ehm, biar begini saya ini juga pernah nyantri lho 😄

Bersama kedua sahabat, Uyun (kiri) dan Nesya (kanan).

Pertama saat MTs atau Madrasah Tsanawiyyah. Bapak dan Ibu memasukkan saya ke Pondok Pesantren Husnul Khotimah di Kuningan Jawa Barat. Udaranya dingin karena berada di kaki gunung Ciremai. Saya angkatan ke 6, fasilitas penunjang seperti bangunan pun belum sebesar dan sebanyak yang sekarang. Kalau tidak salah ada dua asrama, Khadijah dan Ummahatul Mukminin. Saya menempati kamar Fatimah 2 di asrama Khadijah. Lantai 2 digunakan sebagai kelas. Gedung ketiga di belakang asrama Ummahatul Mukminin, kala itu masih baru jadi, penuh debu. Namun tetap menyenangkan.

Banyak sekali kenangan di sana, yang kalau diingat itu selalu bikin rindu, diantaranya:

1. Mau mandi, harus antre. Gayung yang berisi peralatan mandi berjejer antre di depan pintu kamar mandi.

2.  Makan ramai-ramai di nampan dan harus antre. Piring dan nampan berjejer rapi di depan kamar untuk diisi lauk oleh petugas piket.


3. Bangun tengah malam untuk tahajjud, kalau ngantuk ada saja kejadian sujud nggak bangun-bangun, bahkan ada yang rubuh saat berdiri saking ngantuknya 😆

4. Paling senang terima telepon dari orang tua, dilakukan di kamar ustadzah. Kalau rindu nggak ketahan, sering juga nelepon mereka di wartel koperasi. Tarif interlokal kala itu mahal, cin! 😄

5. Harus ikhlas dengan barang yang tiba-tiba hilang dighosob (pinjam nggak bilang-bilanh) ini biasanya sendal. Sering banget, meski udah dinamain sedemikian rupa, tetap aja hilang hehe. Jemuran juga, kalau telat diangkat, jangan kaget jika pakaian kita sudah bergeser ke mana tau karena banyaknya santri yang ikut menjemur pakaian 😂

6. Senang sekali dibawakan lauk seperti rendang, abon, sambel, kering tempe. Selain menjadi teman makan, bisa jadi pengobat rindu juga dengan rumah😁  

7. Merasakan debar-debar hati ala remaja, ahay. Namanya mondok, kan dipisah antara akhwat dan ikhwan. Serunya kalau upacara tuh ada kesempatan melihat ikhwan, meski dari jauh juga seru hahaha alay banget yak😂

8. Seru juga saat terima uang dari orang tua via wesel. Tau nggak apa itu wesel? Kalau kamu tau berarti kita seumuran, hahahha 😆 

9. Pernah ngalamin kakak-adikan. Hmmm, ini bukan penyimpangan ya, sama sekali jauh dari itu. Hanya mencari sosok pengganti orang tua atau kakak yang jauh di rumah, huhuhu. Kala itu bisa cerita, berbagi makanan, belajar bareng, bahkan ada cemburu juga loh kalau ada teman yang menyukai kakak atau adik kelas kita. Haha yang terakhir ini asli bukan yang aneh-aneh lho ya. Hanya sebatas cemburu saja yang sulit didefinisikan. Saat ini saya masih menjalin hubungan dengan kakak dan adik-adikan semasa di pondok, sama sekali nggak ada cemburu kayak dulu. Masing-masih sudah berkeluarga, kadang membahas cerita itu suka ketawa-ketawa sendiri. "Kok bisa, ya?" 😂



Kiri: Rima, kanan: saya. Sama-sama asal Bekasi.

Selain kisah seru di atas, saya memiliki kisah sedih. Setelah pulang libur Idul Adha, di perjalanan balik ke pondok saya mengalami kecelakaan mobil parah, hingga masuk ke surat kabar lokal. Qodarullah, satu teman saya meninggal, bersama papa dan supirnya yang membawa mobil. Alhamdulillah saya dan seorang teman lagi dikasih kesempatan oleh Allah. Salah satu sahabat saya, Nesya, dia sabar sekali membantu saya memakaikan jilbab saat mau berangkat sekolah. Tangan kiri saya patah kala itu, ia hadir menemani masa-masa sulit. Dan ada seorang Ustadzah paling baik dan dekat dengan saya, Ustadzah Mustholahah. Bu Mus, saya memanggilnya, beliau yang paling berjasa sebagai pengganti orang tua. Masya Allah, Baarokallohu fiikum.

Dari semua itu, saya tetap bangga dan senang pernah menjadi santri Husnul Khotimah. Banyak hal yang dipelajari, seperti kemandirian, kejujuran, saling menyayangi dan menghormati, tanggung jawab, dan harus pandai merawat barang-barang pribadi.

Adapun pernah menjadi seorang santri yang sangat terkenal kala itu, saya jadikan bahan pelajaran untuk mendidik anak-anak saya sekarang, terutama Ali yang berusia 13 tahun. Bahwa masa remaja yaitu peralihan dari anak-anak menuju dewasa itu sangat penuh dinamika. Gejolak hati dan juga perubahan fisik sangat mungkin mengganggu pikiran. Di sinilah peran penting orang tua untuk bisa hadir dan mendampingi.

Sejauh mana kaki melangkah, sebanyak apapun kisah yang telah dilalui, semoga bisa mendapatkan akhir yang baik, sama seperti nama pondoknya Husnul Khotimah, yaitu Akhir yang Baik, amin.

Wokeh, Selamat Hari Santri! 🌺❤

Share This Article :
Mamiarsyali

Mamiarsyali adalah seorang lifestyle blogger yang menulis seputar parenting, Home Education, book review, traveling dan apa saja yang dapat membuatnya lebih happy.

Hai, terima kasih sudah mampir☺

Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup pada kolom komentar, kalau masih nekat mohon maaf komentarmu akan dihapus ya🙏
6616646238410676779