Bismillahirrahmanirrahiim.
Udah hari Jum'at aja nih, dan nanti sore pukul 18.00 WIB adalah tenggat waktu pengumpulan Tugas Wajib ODOP (One Day One Post) pekan ketiga, kali ini temanya membiat biografi diri. Wow, menantang banget nih 😁
Melihat biografi teman-teman ODOP Batch 8 lainnya yang kece-kece, saya berasa remah-remah rengginang di kaleng krupuk, yekaaaan 🙈 Tapi saya berusaha mencintai diri sendiri apa adanya, dengan segala kisah dan kenangan di dalamnya baik itu manis, asin, asam maupun pahit ehehehe.
MASA KECIL
Dilahirkan di tahun 1985 di RS Pelni, tanggal 24 April. Ditakdirkan menjadi anak pertama dari 4 bersaudara. Meski begitu, saya merasa nggak begitu pandai menjadi kakak ehehehe.
Saya merasa hidup saya sangat sempurna ketika itu, penuh perhatian dan kehadiran orang tua. Prestasi pun berhasil diraih ketika SD, beberapa kali dapat rangking 1 berturut-turut hingga mendapat beasiswa dari PT Indosat, tempat bapak bekerja.
Dari uang hasil beasiswa saya belikan sepeda Polygon warna hijau stabilo. Belakangan saya tahu, tepatnya Agustus kemarin, sudah dijual ibu saya katanya sudah jelek. Sedih banget, padahal banyak kenangan di dalamnya. Waktu itu saya titipkan di rumah orang tua karena di rumah saya sempit 🙁
Sudahlah, kalau membahas itu saya selalu terbawa emosi. Kecewa sama ibu, tapi ya mau gimana lagi udah nggak ada. Beruntung bukti beasiswa berupa sertifikat masih ada. Jadi masih bisa dijadikan bahan cerita dan motivasi untuk anak saya Arsya dan Aisyah. "Ini Nak, mamakmu dulu PERNAH jadi anak pinter dan berprestasi, lhooo!" 😂
Pokoknya masa kecil hingga SD saya merasa sempurna. Kehadiran orang tua yang penuh, bisa mengantarkan saya berprestasi. Terima kasih Ibu, Bapak 💕
MASA SMP HINGGA SMA
Berbeda dengan masa kecil, di sini saya mengalami kemunduran. Prestasi biasa saja, menjalani masa sekolah juga datar-datar saja. Meski begitu, saya bersyukur orang tua memasukkan saya ke pesantren yang agamanya lurus dan benar.
Tapi mungkin memang awalnya bukan keinginan saya untuk mondok, jadi yaaaaa nggak maksimal. Di kelas 2 Mts saya mengalami kecelakaan parah di Subang bersama kedua teman saya, papa dan supirnya. Kini yang masih hidup hanya saya dan salah satu teman saya, Mba Ica. Allah tentu sangat sayang dan ingin saya berubah lebih baik lagi. Memang perubahan itu tidak cepat, namun bersyukur masih ada kesempatan 🤗
Dua hal yang saya ingat yaitu saya menyukai aktivitas membaca dan menulis. Berlangganan Annida dan Sabili kala itu, saya menikmatinya. Sambil berangan-angan menjadi penulis seperti Helvy Tiana Rosa, yang kala itu beliau sedang terkenal. Namun sayang, saya hanya sebatas penulis diary bergembok saja hahahaha. Ya sempat tau FLP (Forum Lingkar Pena), namun minim informasi dan dukungan, jadi tidak berkembang sama sekali.
Mungkin ada sedikit prestasi yang saya raih ketika Aliyah di Pondok Pesantren Modern Assalaam, Solo. Waktu itu saya masuk kelas Takhossus, kelas persiapan khusus untuk siswa dari luar pondok agar siap masuk Aliyah. Nggak lama dari situ saya dinaikkan ke kelas 1 Aliyah, karena kepala sekolah menganggap saya sudah mampu baik dari segi tahfiz, pelajaran agama, maupun bahasa asing Arab dan Inggris. Sekaligus didaulat menjadi Seksi Bahasa di sana, tugasnya mengajar adik-adik kelas belajar dan menghafalkan mufrodat (kosakata baru). Itulah sedikit prestasi yang sempat saya raih ketika Aliyah.
Selebihnya, saya nggak betah. Karena ternyata dari perubahan status saya di sana, membuat banyak iri kakak kelas dan teman-teman lain sehingga merasa mendapat ketidak adilan. Saya yang selalu menggunakan bahasa Arab ketika keluar kamar, tapi orang jahat menulis nama saya terus sebagai pelanggar bahasa. Menyedihkan bukan? Saya merasa menjadi terkenal itu tidak enak.
Pindah ke SMAN 57 di Jakarta Barat, dan tinggal di rumah Bude saya. Memang dulu kecil saya tinggal di daerah sana berdekatan dengan Bude, namun rumah orang tua saya sudah dikontrakkan. Intinya saya dititipkan ke Bude. Lagi-lagi jauh dari orang tua. Mulai menyadari kalau diri ini menyukai pelajaran Bahasa Inggris, namun mentok hanya pandai di pelajaran sekolah saja. Tidak terpikirkan mengikuti kursus kecuali untuk persiapan UN saja.
Intinya, masa SMP-SMA berlalu begitu saja tanpa bisa memahami diri sendiri. Apa kelebihan dan kebutuhan diri, serta kekurangannya. Saya tidak memahami itu. Dapat penjurusan IPA pun saya lepas, karena takut sama Fisika dan Kimia hahaha 😂🙈 Waktu itu berteman pun dengan orang yang biasa saja (maksudnya bukan orang-orang berprestasi yang bisa menularkan semangat), bahkan sempat menjadi objek bully juga ketika baru pindahan.
Pertama, mungkin saya sangat disayang guru Agama karena nilai selalu sempurna itu membuat teman-teman kurang nyaman. Kedua, saya mendapat diskriminasi dari guru Bahasa Inggris karena nilai saya kala itu juga bagus terus bahkan nggak jarang menginterupsi beliau jika melakukan kesalahan. Namun entah kenapa beliau malah memusuhi saya, padahal niat saya tidak ingin teman-teman mendapat pengajaran yang kurang benar. Heuheu pokoknya sedih banget deh.
Ngomong-ngomong nih ya, baru saat ini, di sini, di blog ini, saya berani mengeluarkan uneg-uneg saya bahwa pernah menjadi objek bully. Sumpah demi Allah saya nggak dendam, hanya saja saya ingin jujur pada diri sendiri kalau pernah menyimpan luka dan kenangan tidak mengenakkan kala itu.
Akhir cerita SMA pun nggak menyenangkan, karena Ibu melarang saya ikut perpisahan sekolah. Entah apa alasannya. Yaaa kok malah keluar sendiri itu kisah, padahal nggak pernah sekalipun saya bercerita ke orang lain termasuk suami 😄
MASA KULIAH
Masuk kuliah tahun 2004 di Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) Jurusan Public Relation di UPI YAI Salemba, Jakarta Barat. Kata bapak, saya pinter ngomong dan bergaul, jadi cocok jurusan itu. Saya mah ikut aja, apalagi FIKOM kala itu sedang ngehits, hehehe.
Oh iya sebelumnya beliau mengarahkan ke kampus UNJ, tempat kuliah bapak saya dulu. Namun ketika diajak survey ke sana, saya nggak sreg karena gedungnya bangunan lama. Dan saat UMPTN pun saya nggak ikut, malah ikut acara dari kantor bapak saya, acara gathering untuk anak-anak gitu, lupa apa judulnya.
Saya sedih dan menyesali kurangnya dorongan dan perhatian dari orang tua kala itu. Setidaknya, saya berharap bisa mendapat penjelasan apa plus minusnya kuliah di universitas negeri dan swasta. Saya yang nggak ngerti, ya memilih gedung yang bagus lah ya 😄✌️
Intinya selain motivasi dari dalam diri, juga kurang pendampingan dari orang tua di usia saya saat itu: SMP dan SMA, hingga kuliah pun seadanya saja, sekedar dapat IP bagus. Meski akhirnya berhasil dapat IPK bagus, namun ya nggak ada yang spesial. Kuliah sempat cuti juga karena menikah, hamil dan melahirkan.
PERNIKAHAN
Pernikahan pertama di bulan Mei tahun 2005, hanya bertahan kurang lebih 2 tahun dan dari sanalah lahir Ali di bulan April setahun kemudian. Sempat sendiri lama sekali, dan gagal menikah karena calon mertua tidak menginginkan menantu janda ehehehehe.
Memang tidak mudah menjalani 2 peran sekaligus sebagai ibu dan ayah. Akhirnya Allah berikan saya kesempatan menikah lagi di tahun 2014. Allah titipkan Arsya dan Aisyah dari pernikahan ini, dan alhamdulillah suami juga sayang sama Ali. Nggak pernah ada perbedaan sikap, perlakuan dan juga nafkah untuk Ali. Masya Allah.
2016 AWAL SEMUA POSES DAN PERUBAHAN
Tahun 2016 bisa dikatakan awal dari semua perubahan yang saya alami. Alhamdulillah semuanya perubahan yang bail dan lebih terarah, sehingga bisa menemukan siapa diri saya.
Sempat minder dong, ketika menikah yang kedua kali itu saya menjadi ibu rumah tangga penuh waktu. Memang ada rasa lega, setelah bertahun-tahun harus bekerja, kemudian bisa 'beristirahat' di rumah hehehe. Namun di lain sisi, saya merasa tidak punya sesuatu yang bisa dibanggakan.
Lagi, hidup terasa datar. Hingga akhirnya Allah pertemukan dengan Mba Windi Andriastuti yang kala itu menjadi tetangga saya di Harapan Indah. Beliau mengenalkan saya dengan komunitas Ibu Profesional, yang menjadi pembuka jalan bagi saya untuk melihat dunia perempuan lebih luas lagi. Dari sana saya mulai menata diri dan perlahan menemukan passion.
Bergabung di komunitas tersebut sejak akhir tahun 2016 hingga sekarang. Pernah merasakan menjadi pengurus, mulai dari admin, kemudian Manajer Online, lalu mencoba hal baru di Unit Usaha. Hingga 2019 saya libur dulu karena melahirkan. Sampai sekarang masih betah menjadi anggota.
Jadi, ada 2 pencapaian terbaik saya di tahun 2016 yaitu:
1. Bergabung di komunitas yang tepat, untuk melihat dunia perempuan lebih luas. Dari sana saya bisa menemukan banyak jalan dan dunia lainnya yang lebih indah 🤗
2. Hijrah pakaian menjadi lebih syari, awalnya karena tertarik dengan penampilan Mba Windi. Masih muda, momong 2 anak balita, tapi nyaman aja pakai khimat lebar dan gamis. Dari sana hingga sekarang, insya Allah saya juga merasa nyaman berpakaian syari 😇
2018, ANTOLOGI PERTAMA
Desember 2019, berhasil meyakinkan diri untuk mulai berkarya. Itu karena dorongan teman-teman di Rumah Belajar Literasi Ibu Profesional Bekasi. Teh Kiky, yang kala itu mendorong bahkan memaksa saya untuk ikutan dalam proyek antologi Baiti Jannatiy.
Saya akui, masih banyak kekurangan dalam karya perdana tersebut. Namun saya bangga akhirnya bisa menemukan siapa diri saya, yaitu perempuan yang senang menulis. Jujur, dengannya saya merasa lebih rileks dan bahagia. Singkat
2019, SEMANGAT DAN KEPERCAYAAN DIRI ITU TELAH KEMBALI
Sesuai sub-judulnya, saya memang menemukan kepercayaan diri di tahun 2019. Semakin menggeluti dunia kepenulisan, semua yang saya tahu ya saya ikuti. Intinya lagi semangat banget, gitu loh 😁✌️
Meski pada akhirnya, saya bisa merasakan mana wadah atau komunitas yang betul-betul cocok dengan keunikan diri saya. Karena nggak semua kelas atau komunitas bisa saya ikuti.
Misalnya KMO (Komunitas Menulis Online), bagi saya terlalu ngeksis karena mewajibkan calon amggotanya menulis tugas di FB. Serius saya masih malu banget kalau harus menulis di sana hahaha piss. Selain itu ritme belajarnya terlalu cepat, menurut saya. Akhirnya saya nggak lolos bach 14 kemarin. Mau nyoba lagi tapi keburu menemukan wadah baru yang lebih pas.
Selain KMO, saya juga mengikuti wadah menulis lainnya seperti KLIP (Komunitas Literasi Ibu Profesional) yang mengharuskan anggotanya menulis rutin setiap hari. Saya berhasil mengikuti hingga pertengahan 2020 kemudian bosan. Seperti begitu-begitu saja tidak ada perkembangan untuk kualitas tulisan saya heuheu. Ini murni faktor dari dalam diri sendiri 😁✌️
Berbagai wadah menulis sudah diikuti, dan alhamdulillah Allah beri kesempatan dan kemampuan untuk mulai berkarya, meski masih level keroyokan alias antologi hehe. Tapi nggak apa, ini awal yang baik dalam perjalanan passion saya 🤗
Dan inilah daftar karya saya di tahun 2019:
1. Baiti Jannatiy
Bersama rumbel Literasi IP Bekasi yang launching di bulan Januari 2019.
2. Kutulis Kisah Ini Untukmu (KIKU)
Proyek Ramadan bersama teman-teman KOPMi (Komunitas Pembaca Menulis) yang launching bulan Juli 2019.
3. Perempuan Menulis 2 (PM 2)
Antologi Perempuan Menulis Jilid 2 bersama Teh Ernawati Lilys di Komunitas Perempuan Menulis.
4. 90 Days Mom-Possible
Launching bulan Oktober 2019 kemarin, dengan penjualan terbanyak yaitu 500+ eksemplar 😍
Tidak hanya itu, memang dari RBI (Ruang Berkarya Ibu) itulah saya bisa memahami diri lebih dalam lagi, dan bahwa bakat itu membutuhkan ruang penyaluram untuk berkarya. Masya Allah Tabarakallah ❤️
Alhamdulillah, akhirnya saya bisa menemukan siapa diri saya yaitu seorang perempuan dan emak yang menyukai kegiatan menulis. Karena dengannya, saya bisa lebih bahagia dan percaya diri 🤗
2020, MENGGAPAI MIMPI
Sebelum membahas tentang mimpi, saya mau kasih bocoran dulu tentang 2 calon antologi yang insya Allah akan terbit di tahun ini:
1. Antologi Tabularasa, bersama RAI (Rumah Antologi Indonesia)
2. Antologi tentang perempuan bersama KIB (Komunitas Ibu Bahagia).
Proses keduanya cukup panjang bahkan antologi kedua tadi sebetulnya adalah karya di awal tahun 2019 hehehe 🙈
Mohon doanya ya teman-teman, agar keduanya bisa lahiran eh terbit sesuai jadwal di tahun ini. Amin 😇
Oke, kembali ke sub-judul Menggapai Mimpi ya. Jadi setelah menjajali banyak komunitas menulis dan mencoba berbagai media baik itu Instagram (sempat dijuluki Miss. IG saking senangnya nulis eh main di IG), blog, juga berbagai antologi. Selain itu saya selalu tertarik dengan tampilan blog teman-teman yang cantik serta gaya menulisnya yang ciamik.
Kalau boleh saya menyebut nama, ada beberapa perempuan yang menginspirasi saya tentang mimpi ini:
💐 Pertama kali saya terinspirasi oleh Teh Ernawati Lilys (Moms Institute & Komunitas Perempuan Menulis). Meski memiliki banyak anak dan mampu mengerjakan domestik tanpa ART (pernah main ke rumah beliau) namun tetap produktif menulis, mengajar dan beternak blog 😍
💐 Kemudian Teh Lendy Agasshi di KLIP, desain blognya cantik banget dan tulisannya juga asik nggak ngebosenin. Beliau udah jadi blogger profesional. Dari beliau ini saya kemudian terpacu untuk merubah tampilan blog agar lebih emak dilihat dan bikin semangat ngeblog hehehe 😄
💐 Mba Marita Ningtyas, kenal di ODOP dan ternyata beliau member IP juga lohhh, bahkan memegang amanah sebagai ManMedKom-nya IIP loh (Manajer Multimedia dan Komunikasi) 😍
Naaah, dari mereka bertiga itulah saya merasa nulis di blog itu semakin asyik dan 'bisa menjadi sesuatu' nantinya.
Dari sanalah saya mulai membuat mimpi baru yaitu ingin menjadi penulis, lebih spesifiknya yaitu Mamak Blogger, eaaaaaa 😎
Sempat nggak PD meyakinkan diri untuk memiliki mimpi tersebut. Namun dari obrolan santai bersama Mba Marita, saya semakin semangat. "Loh mba, kalau punya mimpi itu emang harus tinggi. Kalaupun nggak tercapai, ya seenggaknya bisa mendekati." Begitu pesan beliau via WA 😍💐
LAST BUT NOT LEAST
Pada penutup tulisan ini, saya bagi dalam 2 bagian yaitu alasan dan bagaimana cara saya meraihnya.
❤️ Pertama, alasan saya ingin menggapai mimpi menjadi mamak blogger, yaitu:
- Menulis membuat saya lebih bahagia
- Nulis di blog nggak harus bertatap muka atau berinteraksi langsung dengan pembaca seperti misalnya di FB. Saya lebih nyaman di sini.
- Dengan ngeblog, saya ingin berbagi kisah serta pengalaman, juga berbagai insight yang didapat dari berbagai sumber ilmi yaitu buku, kelas belajar, seminar dll.
- Menjalani passion dan serius menajamkannya itu dalam rangka memberi contoh kepada keluarga khususnya anak-anak saya. Bahwa hobi, bakat, minat atau passion itu harus dirawat dan diseriusi agar bisa menjadi sesuatu dan berdampak.
❤️Kedua, bagaimana saya meraihnya.
Berbagai komunitas positif dan wadah menulis sudah dicoba, hingga kini tersisa sedikit saja yang ingin betul-betul ditekuni.
- IIP (Institut Ibu Profesional), kini sedang memasuki kelas Bunda Produktif. Semoga bisa berkarya dan memberikan dampak bagi orang lain.
- FLP (Forum Lingkar Pena), satatus saya masih Pramuda 16, semoga lulus dan bisa mempelajari dunia literasi lebih luas lagi.
- ODOP (One Day One Post) batch 8, saya masih berjuang agar lulus batch ini agar kemudian bisa bergabung dengan Mba Marita dan Blog Squad-nya amin 😇
Oh iya, bulan depan insya Allah akan no dimulai orientasi komunitas di IP (Ibu Profesional), saya berharap bisa lulus orientasi (batch kemarin gagal karena bentrok dengan kelas Bunda Cekatan) agar bisa bergabung kembali dengan teman-teman di RumBel Literasi IP Bekasi.
Saya berharap keempatnya bisa menjadi jalan terbaik untuk saya mengasah diri dan passion hingga berhasil menggapai mimpi dan memberikan dampak kepada orang-orang sekitar.
CLOSING STATEMENT
Pada akhirnya, saya meyakini bahwa ada 2 hal yang menjadi penolong dan penguat dalam perjalanan hidup saya. Yaitu: doa kedua orang tua dan kasih sayang Allah Subhanahu wa ta'ala.
Karena tanpa keduanya, tidak mungkin saya bisa mendapatkan perjalanan yang seindah ini. Wallahu a'lam bisshawab.
#ODOP
#ODOPMamiArsyali
#ODOPChallenge3
#OneDayOnePost
#Biografi
Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup pada kolom komentar, kalau masih nekat mohon maaf komentarmu akan dihapus ya🙏