MqBcMqB9MqRaLWJcNWB6Mqx6LCMkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANLITE104

Slow Down, Mommy ...


 "Udah nggak usah, ntar juga percuma." Jawaban singkat dari si sulung, Ali, ketika barusan saya menawarkan sebuah program menarik untuk anak muda seusianya. 

Lengkap ceritanya seperti ini: beberapa hari lalu, saya mendapatkan info kegiatan menarik dari Teh Nifah, yang waktu itu menjadi PJ kulwap berseri bertema aqil baligh. Dan program kali ini khusus untuk para anak mudanya, meski tetap ada pendampingan untuk orang tuanya. 

Aqil Baligh Squad, judulnya. Dengan tagline The Future Leader, program tersebut spesial untuk pendampingan dan pengembangan minat bakat anak muda dan mudi dengan range usia 10-15 tahun. Tentu dong, saya tertarik untuk mendaftarkan Ali. Apalagi usianya mau 15 tahun pada April depan. Tetapi saya harus mengajaknya bicara dahulu, minta persetujuan apakah mau didaftarkan atau tidak. Berharap sih langsung mau hehehe 😁

Apalagi penggagasnya adalah Bu Sri Hayati, Kepala Suku Hayat School yang sudah berpengalaman sekali mendampingi anak-anak aqil baligh hingga menemukan jati diri mereka. Harapan saya agar Ali mampu  mengenali dan terkoneksi dengan diri sendiri, lalu ada perubahan signifikan menjadi orang dewasa yang matang.

Eeeh, responnya Ali malah seperti itu. Dia merasa akan percuma saya didaftarkan, karena anggapannya tidak akan ada perubahan apa-apa pada dirinya setelah mengikuti program tersebut. 

"Waduh, kenapa lagi nih anak," pikir saya.Kenapa kok tiba-tiba saja, tanpa angin, dia kembali merasa 'nothing'. Padahal dia ini punya banyak kelebihan, namun terkadang suka nggak percaya diri seperti itu. Dan belakangan ini, semua berjalan smooth.

Saya berusaha berpikir apa akar persoalannya. Hmmmm 🤔

.

.

.

Ternyata ..., setelah saya kilas balik kejadian pagi tadi, ya memang ada sesuatu tidak menyenangkan yang dialaminya di awal hari. Terjadi keributan dengan adik, lalu papinya keceplosan bilang kalau dia seringkali membuat masalah di rumah.

Hadeuh ... Padahal perkara ribut kecil antar saudara menurut saya masih bisa ditolerir, dan pihak orang tua belum saatnya turun. Saya pun sudah sering mengingatkan agar lebih menjaga lisan saat bicara dengan anak. Namun, terulang lagi. 

Hal yang sebagian orang tua anggap sepele seperti keceplosan bicara ke anak, itu bisa berdampak serius bagi mereka. Akan terngiang-ngiang selalu, jika tak segera diatasi. Apalagi di usia peralihan menuju dewasa seperti Ali ini yang sering mengalami mood swing.

Saya menuliskan ini bukan bermaksud mengumbar aib suami. Namun sebagai catatan perjalanan saya dan dan suami, bahwa sebagai orang tua masih punya tanggung jawab besar menghadapi si sulung yang memang mudah berubah-ubah suasana hatinya. 

Rasanya sedihhhh sekali, bisa kejadian seperti ini. Padahal keadaan sebelumnya cukup baik, lho. Selepas Isya, saya menjemput Arsya pulang ngaji. Sesampai di rumah Ali meyambut saya dengan menunjukkan hasil video editannya. Bagus, kok. Saya suka dan bangga, sampai nggak bisa mengenali kalau motor yang ada di video adalah milik saya. Wong efek cahaya dan lainnya (entah efek apa namanya) mampu menyulap motor biasa jadi spesial seperti objek review 😂💕  Saya senang karena Ali mulai aktif kembali melakukan aktivitas yang disukainya, selain voli.

Eeeeh, kok ya sejam kemudian malah begini. Tiba-tiba dia merasa minder lagi dan memunculkan sesuatu dari dalam hatinya. Itu artinya, keadaannya belakangan ini yang saya anggap sudah baik-baik saja, ternya tidak. Masih ada luka dan endapan emosi yang belum terselesaikan dalam dirinya.

Saya selalu yakin, tak ada yang kebetulan terjadi di dunia ini. Dari kejadian tersebut saya mengambil hikmah sebagai teguran halus dari Allah.

Kalau sudah begini, ya memang tak bisa terburu-buru menggegasnya untuk maju. Apalagi langsung membahas tema-tema pengembangan diri seperti Life Mapping, Self Management, Inspiration and Motivation, Social Value, dan Project Based Learning

Iya betul, kelima poin yang saya sebutkan di atas merupakan materi yang akan ada di program Aqil Baligh Squad. Kece, bukan? Tapi sayang, posisi saya saat ini harus bersabar dulu. Pengasuhan harus kembali lagi ke titik nol. Banyak-banyak istighfar dan meminta maaf sama anak. Sambil memohon ampunan kepada Yang Kuasa, semoga Allah luluhkan hati Ali dan runtuhkan tembok penghalang yang ada dalam dirinya.

Saya kembali disadarkan, ternyata masih banyak kekurangan dan hutang pengasuhan yang harus segera ditebus. Tidak boleh berharap lebih apalagi menuntut anak yang macam-macam. Bukan hanya berdoa untuk kelembutan hati anak, karena yang lebih penting adalah mendoakan diri sendiri dan pasangan agar bisa berubah lebih baik lagi dari hari ini.

Saya percaya Ali anak baik, hebat dan spesial. Kemampuannya di bidang bahasa Inggris, estetika (peduli penampilan), kelebihan fisik, gemar berolah raga dan kemampuan leadership yang ia miliki sehingga mampu mengemban amanah sebagai pengurus Lajnah (semacam OSIS) cukup membuat saya  tenang. Saya yakin ia akan mampu melesat jauh menggapai cita-citanya seperti yang pernah ia ungkapkan pada saya kemarin-kemarin. 

Namun untuk saat ini, saya harus lebih banyak menahan diri dan bersabar.

Slow down, Mommy ...


#ODOPDay2

#ODOP

#OneDayOnePost









Share This Article :
Mamiarsyali

Mamiarsyali adalah seorang lifestyle blogger yang menulis seputar parenting, Home Education, book review, traveling dan apa saja yang dapat membuatnya lebih happy.

Hai, terima kasih sudah mampir☺

Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup pada kolom komentar, kalau masih nekat mohon maaf komentarmu akan dihapus ya🙏
6616646238410676779