Judul: Altitude 3159 Miquelli
Penulis: Azzura Dayana
Penerbit: Indiva Media Kreasi
ISBN: 978-602-495-252-5
Halaman: 288 halaman
Setulnya novel ini sudah selesai dibaca bulan kemarin, tapi reviewnya itu masih nunggu mood yang enak terus. Kebiasaan buruk nih, suka nunda-nunda pekerjaan. Karena mau posting untuk ODOP hari ke-3 aja nih, saya akhirnya nulis reviewnya hahaha paraaaah ✌️
Baiklah, saya mau cerita dulu dari mana saya dapatkan buku ini. Sebetulnya ini bacaannya Abang Ali, saya boleh pinjam dari gurunya, Ustadzah Wiwik. Beliau berbaik hati meminjamkan beberapa buku untuk Ali, karena anak sulung saya kala itu sedang kehabisan bacaan. Jangan tanya bagaimana kebiasaan membacanya Ali, dia amat suka buku dan waktu membacanya pun amat sangat cepat. Jadi memang harus selalu sedia bacaan untuknya.
Oke, kembali ke novel Altitude 3159 Miquelli, ya. Bercerita tentang kisah dua anak manusia yaitu Fathan dan Hilda. Mereka berdua teman akrab sejak jaman sekolah, namun awal perkenalannya terjadi tidak sengaja. Karena Fathan sedang dihukum oleh salah satu gurunya, lalu Hilda berempati dan menolongnya. Sejak itu mereka akrab, meski perbedaan latar belakang yang sangat jauh berbeda. Hilda anak orang kaya raya yang orang tuanya sibuk sehingga tak mendapat kenyamanan di rumahnya, sedangkan si Fathan penuh cinta dari keluarga namun ia berasal dari keluarga yang sangat susah dari segi ekonomi.
Justru dari perbedaan tersebut, Hilda jadi bisa mencintai kehidupan yang sederhana dan Fathan pun tulus berteman dengan Hilda ketika dulu tak ada yang bersimpati padanya.
Waktu terus berlalu, ternyata ada jeda bagi mereka untuk tidak bersama lagi. Karena masing-masing sibuk dengan dunianya dan sama-sama berubah. Hilda yang dulu sangat cantik menawan, kini menjadi anak gunung yang tak mengurusi penampilannya lagi. Sementara Fathan yang dulu identik dengan hal-hal sederhana, namun berubah drastis karena terobsesi dengan masa depan yang jauh lebih baik. Hingga akhirnya ia berada dalam kehampaan, lalu menyadari jika sahabat kecilnya dulu adalah cinta sejatinya.
Lalu, apakah mereka dapat bersatu? Kalau saya beri jawabannya langsung tentu nggak seru, ya. Intinya ada banyak konflik yang terjadi diantara mereka berdua hingga adanya godaan lain yang menjadi penghambat hubungan mereka. Perjuangan Fathan dan ujian yang diberikan Hilda pun sangat menantang, namun disitulah letak konflik yang bikin seru-seru gemas gimanaaa gitu heuheu.
Oh iya, ini novel pertama karya Mba Azzura Dayana yang pernah saya baca. Bukan hanya tentang romansa, sang penulis yang ternyata juga senang naik gunung ini berhasil membawa pembacanya seperti ikut dalam tiap sesi pendakian. Beliau pandai menceritakan keadaan alam dan gunung, serta detail dari kondisi pendakian yang dilakoni para tokoh di novel tersebut.
"Saya ingin yakinkan Bos, bahwa bos pasti bisa. Di menit-menit awal pendakian memang sebagian pendaki mengalami seperti apa yang Bos rasakan: sesak, berat, dan mungkin agak mual atau sakit kepala. Itu proses adaptasi saja, Bos. Aklimasi namanya. Selanjutnya akan hilang dan tergantikan dengan kekuatan yang berangsur, pelan, tapi pasti," jelas Rifhan dengan agak berbisik, takut nasihatnya terdengar terutama oleh Hilda. (Halaman 108).
Selain itu, ada pesan mendalam yang saya dapatkan yaitu bahwa alam mengajarkan kita untuk lebih dekat dengan Allah Sang Pencipta, menghargai semua makhluk-Nya, serta senantiasa berlaku sopan dan rendah hati di mana pun berada. Terlebih ketika sedang melakukan pendakian, harus betul-betul menjaga kerjasama dalam tim, serta berpasrah diri kepada Allah Sang Pemilik Alam.
Whuaaaaa pantas saja waktu selesai membaca novel ini, Ali sibuk berceloteh bahwa ia ingin sekali yang namanya naik gunung 😂 Meski sudah pernah beberapa kali kemping dari acara sekolah dan keluarga, tetapi dia penasaran banget mau naik gunung.
Novel ini pas banget dibaca saat waktu santai, tidak hanya menggugah untuk terus semangat dalam berjuang meniti kehidupan, namun sekaligus lebih mendekatkan pembaca kepada Sang Pencipta.
"Pendakian ini ... sungguh mengesankan bagiku. Aku berkata sejujurnya. Seperti kekokohan Vaccinium Miquelli, kita juga akan melanjutkan hidup dan berumur panjang. Kita hdapi bersama. Aku juga tidak ingin bernasib seperti lelaki dari Negeri Bayangan itu: sendirian dan kesepian karena penolakanmu. Aku akan terus hidup, dan berumur panjang, asal bersamamu, my Miquelli ...." Fathan mengeluarkan bros merah yang sedemikian berharga bagi hatinya dari kotak itu.
#ODOPDay3
#ODOP
#OdeDayOnePost
#Mamiarsyali
wuah bukunya menarik nih mba, aku tertarik buat bacanya karena sebagai orang yang suka naik gunung waktu sebelum nikah, jadi mau mengenang masa-masa itu
ReplyDeleteKayanya harus masuk waiting list nih novelnya..:)
ReplyDeleteMba Ing, cakep reviewnya! ��
ReplyDeleteKelar baca berapa hari mba? Ini kali kedua aku baca review novel ini, jadi penasaran.
Hai Mba, sepertinya seru bukunya 🤔
ReplyDeleteWah belum pernah Baca buku ini jadi tahu nih
ReplyDelete