Dua hari lalu, sang wali kelas mengingatkan saya dan seluruh wali murid kelas 7B untuk dapat hadir di acara pembagian rapor anak-anak, sekaligus wisuda kelas 9.
"Ali besok Sabtu kalau bisa hadir ya Umm," pesan sang wali kelas.
"Baik Tadz, insya Allah." jawab saya.
Kalau mengingat pengalaman semester lalu, acara pembagian rapor dimulai dengan acara bersama seluruh murid dan para orang tua di aula. Pembagian sertifikat para juara kelas sekaligus sertifikat hafalan. Jika ada murid yang sudah menyelesaikan hafalan sampai akhir juz, maka akan diberikan _'syahadah'_ atau semacam sertifikat.
Mengingat durasi acara tersebut yang lama, dari pukul delapan pagi hingga dua belas siang, saya inginnya hadir setelahnya saja. Apalagi kali ini bertepatan dengan acara wisuda. Tentu akan lebih lama lagi. Dan pembagian rapor dilakukan setelahnya.
Hari demi hari berlalu seperti biasanya. Hanya sedikit berbeda, karena sekarang ini bulan puasa dan Ali sudah memasuki masa libur sekolah. Di rumah tentu lebih ramai karena ketiga anak saya kumpul.
H-1 pembagian rapor.
"Jangan lupa Ali besok datang ya Umm," sang wali kelas mengingatkan saya kembali.
"Insya Allah Tadz. Oh ya pembagian rapor setelah acara wisuda kan ya?" saya menjawab dan meminta kepastian.
"Iya betul Umm, setelah acara _haflah_ (wisuda). Tapi kalau bisa Ali datang _on time_ dari pagi ya Umm. Kalau tidak salah ananda dapat juara. Nanti dibagikan piala di atas panggung." tambah beliau.
Eh, apa saya tidak salah baca pesan di WA nih? Seingat saya, ketika tengah semester, peringkat Ali turun jadi ranking 4. Jadi saya pikir di akhir semester dua ini, akan sama. Kalau memang begitu, lebih enak datang siang setelah Dzuhur saja pas pembagian rapor, hehehe.
"Oya Tadz? Masya Allah, Alhamdulillah." jawab saya singkat.
Kemudian saya meminta konfirmasi kepada beliau atas kebenaran informasi tersebut.
"Baik, saya cek kembali ya Umm," jawab beliau.
Namun saya tunggu sampai tengah malam, tidak ada konfirmasi lagi.
Akhirnya hari ini tiba, yaitu waktu untuk pembagian rapor. Pagi tadi, saya santai saja di rumah. Apalagi suami sedang sakit. Semakin menguatkan alasan saya untuk berangkat siang ke sekolah.
Namun pukul delapan tiba-tiba wali kelas Ali mengirim pesan via WA, menanyakan kembali apakah Ali sudah hadir. Saya jawab belum, sebentar lagi. Wah, sepertinya ada firasat baik.
Saya bergegas menyiapkan diri termasuk kedua balita saya. Kalau Ali yang sudah cukup besar, kini berusia 13 tahun, sudah mandiri.
Singkat kata, saya beserta pasukan (ketiga anak saya hehehe) berangkat ke sekolah menaiki taksi _online_.
Sampai di sana, pas sekali nama Ali dipanggil sebagai juara ketiga dari kelas 7B. Dada saya membuncah, air mata menetes tanpa saya minta.
Saat-saat yang mengharukan, ketika nama Ali dipanggil, disandingkan dengan nama ayahnya.
"Juara ketiga dari kelas 7B, yaitu Ananda Ali Fathurrahman, putera Bapak Harry." sang pemandu acara memanggil.
Dengan gagah Ali berjalan menaiki panggung. Ia salami satu per satu para Ustadz di atas sana, yaitu wali kelas, Ketua Bidang Kesiswaan dan Kepala Sekolah. Lalu disematkan selendang bertuliskan 'Juara 3'. Setelah itu ia menerima sebuah sertifikat beserta piala yang indah. Masya Allah.
Andai bapaknya masih ada bersamanya, tentu beliau bahagia sekali melihat momen yang membanggakan ini. Namun sayang, Allah berkehendak lain. Saya dan anak-anak berpisah dengannya ketika bencana tsunami Aceh beberapa tahun yang lalu.
#Fiksi
#TantanganMenulis
#RamadhanBercerita
Share This Article :
Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup pada kolom komentar, kalau masih nekat mohon maaf komentarmu akan dihapus ya🙏