MqBcMqB9MqRaLWJcNWB6Mqx6LCMkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANLITE104

Ibu Bos Cantik



"Obatnya ya Kak, diminum sepuluh menit sebelum makan," suara seorang perawat membangunkanku. Perlahan kubuka mata, dan ternyata bukan pemandangan kamar sendiri yang kulihat.

"Sejak semalam kamu sudah di sini Nduk," suara lirih Simbok yang ternyata ada di sebelahku.

Kemudian otakku memutar ulang kejadian kemarin. Sahur terburu-buru karena bangun telat, hanya bisa meminum segelas teh yang dibuatkan simbok.

Kemarin lusa itu aku lembur hingga pukul sebelas malam dan sampai di rumah pukul dua belas. Rasanya letih sekali, sehingga tidurku begitu lelap dan bangun kesiangan.

Kemudian harus berangkat lagi dan tiba di pabrik pukul enam untuk melanjutkan bekerja. Aku mengambil shift teman yang izin kemarin pagi, dan lanjut shift kedua yang memang bagianku.

Produksi di pabrik menjelang Lebaran begini sedang banyak-banyaknya, tak boleh kurang seorang pun di bagian jahit. Kalau tidak, pesanan klien akan tidak terpenuhi. Dan pemilik pabrik bisa marah-marah kepada kami semua. Lagipula untung buatku, karena mendapat pemasukan lebih dengan mengambil shift temanku tersebut. Lumayan untuk tambahan membeli baju baru Simbok.

Namun ternyata badanku tak sanggup mengikuti ritme kerjaku yang terus menerus tanpa henti. Sahur hanya masuk air teh ke perut, dan berbuka hanya makan beberapa buah gorengan yang disiapkan oleh atasanku.

Ibu Bos Cantik, aku dan teman-teman memanggilnya. Memang secara fisik beliau ini tergolong wanita yang cantik. Kulitnya bersih, tinggi semampai,  tutur katanya halus tak pernah menyakiti hati kami meski kami pernah melakukan kesalahan. Bukan hanya lahiriahnya saja yang cantik, hatinya pun secantik parasnya.

Meski ia memiliki kelebihan harta, namun tidak pelit kepada orang-orang yang membutuhkannya. Pernah sekali aku ikut dengannya makan siang di sebuah restoran. Nikmat deh rasanya duduk di jok sebuah mobil mewah yang terasa harum di dalamnya.

Aku dimintanya duduk di depan untuk menemani mengobrol, katanya. Di perjalanan pun ia tak jarang memberikan dua ribuan untuk 'polisi cepek'  dan beberapa kali memberi sepuluh ribuan kepada para pengemis dan pemulung yang kebetulan dijumpai di jalan. Pulangnya pun ia memberi sebungkus oleh-oleh berupa kue untuk seluruh karyawan di bawahnya. Iya, teman-temanku di bagian jahit senang sekali membawa oleh-oleh. Mereka pun secara bergantian pernah diajak makan bareng oleh Ibu Bos Cantik. Termasuk aku, pernah sekali.

Kecantikannya tak hanya sampai di situ. Setiap kali ada karyawan yang membutuhkan biaya misalnya untuk berobat anggota keluarganya, Ibu Bos Cantik selalu membantu. Tidak peduli akan dibayar bulan depan atau dicicil berbulan-bulan lamanya. Niatnya tulus agar karyawannya tidak memiliki beban pikiran, sehingga dapat bekerja dengan tenang. Ia juga tak segan-segan turun tangan membantu karyawan baru yang membutuhkan bantuan.

Ah, pokoknya Ibu Bos Cantik ini idola banget, deh.

Kembali kepada kisahku, ternyata kemarin malam aku ambruk di pabrik. Maag kumat. Memang lambungku ini sudah lama luka, tidak boleh terlambat makan apalagi sengaja tidak makan. Karena tanggung, kemarin aku hanya mencomot gorengan dan tidak makan nasi lagi sehingga tubuhku tak kuat.

Simbok bilang, aku diantar ke IGD oleh seorang wanita cantik. Beliau mendapat kabar tersebut via telepon di rumah.

"Halo, Tini. Sudah siuman?" tanya Bu Bos Cantik ketika beliau memasuki kamar rumah sakit tempatku dirawat. Betul dugaanku, ternyata atasanku yang memang cantik luar dalam itulah yang mengantarku ke sini.

Aku tersenyum dan mengangguk, kemudian Simbok menghampirinya sambil ingin mencium tangannya, mungkin sebagai rasa terima kasih. Namun Bu Bos Cantik menolak, merasa ia lebih muda dari simbok sehingga tak pantas dicium tangannya.

Bu Bos Cantik menundukkan badannya dan justru ialah yang menyalami Simbok. Kemudian mereka berdua terlibat percakapan yang cukup serius. Aku mendengar sebuah nominal cukup besar yang diucapkan simbok kepada Bu Bos Cantik. Tentu itu jumlah yang cukup besar bagiku.

"Ah, sudahlah Bu. Ini sudah menjadi kewajiban saya sebagai atasannya Tini." jawab Bu Bos Cantik.

"Tapi Neng, kami belum tahu kapan bisa membayarnya. Bapaknya Tini aja udah beberapa hari ini nggak narik angkot. Lagi sepi, katanya Neng. Gajinya Tini juga biasanya habis buat makan di rumah dan bayar sekolah adiknya," lanjut Simbok.

Aku melihat simbokbhendak menolak sebuah amplop yang diberikan Bu Bos Cantik. Sepertinya itu bantuan pribadi. Sebab jika bukan kecelakaan kerja, pabrik tidak akan mengeluarkan bantuan. Dianggapnya hanya kelalaian para pekerja.

"Tidak apa-apa Bu, mohon diterima ya _bantuan alakadarnya_ dari saya," ucap Bu Bos Cantik.

Kulihat Simbok matanya berkaca-kaca sambil mengucapkan syukur kepada Allah dan berterima kasih wanita cantik yang sudah memberikan bantuan.

Tak terasa, pipiku pun ikut basah.


#fiksi
#tantanganmenulis
Share This Article :
Mamiarsyali

Mamiarsyali adalah seorang lifestyle blogger yang menulis seputar parenting, Home Education, book review, traveling dan apa saja yang dapat membuatnya lebih happy.

Hai, terima kasih sudah mampir☺

Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup pada kolom komentar, kalau masih nekat mohon maaf komentarmu akan dihapus ya🙏
6616646238410676779