Oleh : Ingrid Maisaroh
Bismillah.
Memaafkan. Mempraktekkannya tidak semudah mengucapkan atau menuliskannya. Misalnya, ketika seseorang berbuat salah kepada kita, kemudian ia meminta maaf langsung lalu kita jawab "Iya, nggak apa-apa kok ". Atau contoh kedua ketika orang yang bersalah pada memohon maaf via WhatsApp, lalu kita balas "Oke, santai aja." Semudah itukah memaafkan?
Selang beberapa waktu, kita harus berpapasan kembali dengan orang tersebut, namun hati masih sesak. Belum mampu membalas senyum sapanya, tak bisa menatap wajahnya berlama-lama, apalagi mengobrol panjang seperti dulu.
Malah merasa sebaliknya, ingin wajah orang itu segera sirna dari pandangan mata. Ketika orang lain menyebutkan namanya pun, dalam hati kita masih ada rasa kesal.
Bila kita masih mengalami kejadian seperti itu, artinya belum ikhlas memaafkan.
Betul, memaafkan adalah sikap mulia dan terhormat. Namun butuh proses yang panjang untuk bisa sampai di level ikhlas.
Kita dapat mencoba 5 cara berikut untuk mencapainya:
1. Yakini bahwa Tidak Ada Manusia Sempurna.
Ketika orang lain memandang kita baik, percayalah itu bukan karena kita yang hebat. Melainkan Allah yang sudah menutupi aib kita. Begitulah Maha Baik-nya Allah yang mampu menutupi segala keburukan kita dari pandangan orang lain.
Jadi, jangan pernah merasa diri kita sempurna lalu mudah mencap orang lain buruk. Setiap manusia memiliki kekurangan, sama halnya dia, mereka, siapapun. Termasuk diri kita.
Bayangkan suatu saat kita berbuat khilaf kepada orang lain, baik sengaja atau tidak. Tentu kita ingin juga diberi maaf, bukan?
2. Terima Keadaan, Ikhlaskan.
"Mengikhlaskan semuanya yang sudah dia perbuat? Oh rasanya itu tak mungkin!". Jangan pernah berkata seperti itu, sedalam apapun luka dan rasa perih yang sudah orang lain torehkan. Karena mampu menerima keadaan itu adalah syarat utama kita dapat memaafkan dengan ikhlas.
Percayalah. Kecuali memang ingin selamanya memeluk rasa dendam dalam hati kita. Tidak ingin, bukan?
3. Tuliskan dan Hancurkan.
Cara ini sudah banyak yang membuktikannya. Karena menulis itu dikenal mampu menjadi terapi. Apalagi ketika kita tidak sanggup menegur orang yang bersalah, misalnya karena alasan dia lebih tua dari kita, atau keluarga yang harus dihormati. Tentu rasanya sungkan dan lebih memilih diam memendam perasaan. Tak sedikit juga orang tua merasa tak perlu meminta maaf, justru yang lebih mudah wajib memaklumi. Kalau keadaannya memang begini, maka cara kedua harus segera dilakukan supaya hati bisa lega.
Tuangkan segala perasaan yang mengganjal dalam hati. Sedih, kesal, marah, kecewa, sakit hati, apapun itu yang sifatnya negatif dan meracuni hati, tuliskan semua. Namun hati-hati ya, setelah selesai harus dihancurkan. Jangan sampai orang lain membacanya. Karena itu adalah aib saudara kita yang wajib dijaga.
4. Mengingat Semua Kebaikannya
Mari mengingat segala kebaikan yang pernah dilakukannya. Misalkan hadiah ulang tahun, makanan, dan sebagainya.
Ingat-ingatlah segala pemberian dan kebaikannya. Dengan begitu, kita akan mampu melihat sisi baik dari orang tersebut.
5. Sebut Namanya dalam Doa Rabithah
Bila segala upaya telah maksimal kita lakukan, tetapi hati masih terasa sesak bila mengingatnya.
Mari serahkan segalanya kepada Allah Sang Pemilik Hati manusia. Hanya dengan kuasa-Nya hati dan perasaan manusia dapat berubah, termasuk sifat seseorang yang semula jahat menjadi baik.
Jangan lupa sertakan nama dan membayangkan wajahnya setiap membaca doa tersebut, ya!
Sumber rujukan :
https://www.google.com/amp/s/doktersehat.com/memaafkan-bisa-menyehatkan/amp/
#November_Memaafkan
#TantanganKIB
#tugas3
#TantanganKIB
#tugas3
Colek fasilku Akak Ros a.k.a. Mba Raihana Mahmud
Jumlah: 510 kata
Share This Article :
Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup pada kolom komentar, kalau masih nekat mohon maaf komentarmu akan dihapus ya🙏