Dear Sahabat ... kira-kira apa yang akan kalian deskripsikan jika aku menyebut nama-nama tokoh berikut: Tere Liye, Ilana Tan, Ika Natassa, dan JS. Khairen? Sepertinya kalian akan dengan mudah menjawab bahwa mereka berempat merupakan para penulis novel kondang di Indonesia. Itu tandanya, mereka telah berhasil membangun personal brandingnya sebagai novelis. Nggak perlu juga bersusah payah mencari informasi di internet tentang mereka, bukan?
Lain halnya jika ada orang yang bertanya kepada kalian, "Siapakah Ingrid? Kenal nggak sama Ingrid?" Mungkin kalian yang belum mengenalku lebih dekat akan kebingungan untuk menjawabnya. Paling hanya teman-teman dekat di komunitas yang telah mengenalku secara personal, atau mereka yang berteman denganku di Instagram, yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. Tapi yaaah belum tentu juga mereka paham kalau aku sekarang seorang blogger (jiahaha ngarep banget disebut blogger, Mak?). Lha wong memang belum pernah konferensi pers juga sih, kalau aku sekarang lagi suka ngeblog ahahaha 😆
Oke wislah intinya aku memang bukanlah apa-apa, juga bukan siapa-siapa.
Namun pada hakikatnya, personal branding ternyata tak hanya milik mereka yang membangun profesinya dengan cara memunculkan citra diri seperti politisi, publik figur, public speaker, dan semacamnya lho Sahabat. Bahkan (aku baru tau niiih) dari salah satu materi yang kudapatkan di Blogspedia Coaching, sebetulnya personal branding itu sudah melekat secara alami pada diri setiap orang, baik itu secara visik maupun value (nilai).
Apa Itu Personal Branding?
Perlukah Membangun Personal Branding?
Bila ditanya perlu atau tidak sih, membangun yang namanya personal branding? Tentu jawabannya adalah iya. Karena setiap manusia yang Allah ciptakan sudah memiliki keunikannya masing-masing, maka keunikan itulah yang menjadi bekal untuk membangun personal branding seseorang.
Untuk menemukan "brand" pada diri masing-masing orang, menurut Coach Marita merupakan suatu perjalanan yang tidak sebentar. Bagaimana menjalani proses untuk memahami dan menyelami diri sendiri. Temukan apa saja anugerah yang Allah titipkan pada diri lalu apa saja wujud syukur yang telah dilakukan?
Bentuk syukur yang sesungguhnya ialah menjadi pribadi yang selalu aktif untuk bertumbuh untuk menemukan versi terbaik dirinya. Fokus pada kekuatan diri dan bijaksana dalam menyiasati kelemahannya. Menerima diri seutuhnya lalu menggunakan potensi atau kekuatan tersebut untuk memberi manfaat yang seluas-luasnya.
Jadi bukan hanya membentuk dan memperkenalkan "brand" diri kita, namun lebih kepada bagaimana diri ini terus berproses menjadi versi terbaik diri sendiri dan bermanfaat bagi orang lain. Dua poin yang wajib aku highlight.
(((Masya Allah ya, pantesan aja Coach Marita dan tim baik banget membuka coaching blog gratis dan ngga pelit ilmunya huhuuuu terharuuuu)))
Perjalanan Membangun Personal Branding Sebagai Penulis
Mamak mau ngedongeng sedikit, boleh?
Jadi kira-kira di tahun 2018 akhir, aku memberanikan diri untuk ikut sebuah antologi tentang rumah tangga bersama Rumbel Literasi Ibu Profesional Bekasi. Itu merupakan langkah awal aku menunjukkn diri sebagai seorang ibu rumah tangga sekaligus penulis, dan kala itu juga aku termasuk orang yang aktif di sosial media Facebook (kala itu masih kadang nulis di FB) dan juga di Instagram.
Tidak hanya posting foto anak-anak dengan caption panjang, tapi aku mulai membuka diri dan membentuk branding sebagai penulis newbie (amatir gitulah wkwk). Mulai berani ngiklan karya antologi sendiri, dan alhamdulillah respon teman-teman medsosku positif semua.
Lama-kelamaan entah mengapa aku bosan dengan Facebook dan lebih aktif di laman Instagram. Di sana pula aku posting feed dan story tentang karya-karya antologiku yang lain. Hingga saat ini asa sekitar 8 buah antologi yang sudah diterbitkan bersama teman-temanku dari lintas komunitas.
Namun belakangan aku merasa bosan dengan antologi, namun tetap merasa butuh untuk menulis. Akhirnya menemukan aha moment baru yaitu bahwa ternyata aku lebih menyukai menulis di blog ketimbang di media sosial.
Sejak saat itu aku berhenti menulis antologi dan bosan dengan kelas menulis sampai akhirnya jarang terlihat lagi sebagai penulis. Malah belakagan ini lebih sering posting dokumentasi bermain bersama anak-anak ehehehehe.
Namun meski begitu, alhamdulillah teman-teman masih mengenalku dengan branding: emaknya 3A yang doyan nulis. Doyan lho ya, buka jago hehehe piss.
Personal Branding Sebagai Blogger
Setelah membangun personal branding sebagai penulis amatir, saat ini aku sedang berupaya membangun new brand sebagai blogger *eaaaa blogger. Sepertinya masih berkaitan ya dengan personal branding sebagai penulis, toh jadi blogger juga kerjaannya kan sama-sama menulis. Yang membedakan keduanya hanyalah platform yang digunakan untuk menulis.
Jadi bayanganku untuk tahap selanjutnya ialah membangkitkan kembali ingatan publik atau teman-teman medsos bahwa aku ini Ingrid yang dulunya suka nulis-nulis antologi itulohhh wkwk. Terus perlahan-lahan namun pasti, harus mulai berani dan percaya diri untuk semakin membuka diri sebagai blogger. Namun entah mengapa aku masih sangat insekyur apalagi kudu posting-posting link artikel di WhatsApp story yang dibaca puluhan sampai terkadang 100-an views heuheuheu isin tenan! Karena merasa masih sangat cupu banget dalam kepenulisan.
Strategi Personal Branding Sebagai Blogger ala Mamiarsyali
1. Menguatkan Strong Why
Meyakini bahwa sebagai blogger pastinya mengemban amanah yang penting untuk transfer ilmu dan wawasan. Apalagi dengan hasil Talents Mapping Assesment yang bakat Inputnya kuat. Aku merasa sayang sekali jika banyak ilmu, pembelajaran serta insight yang kudapat hanya tersimpan saja dalam diri, tidak tersebar luas kepada orang lain di sekitar.
Aktivitas ngeblog juga bisa kumaksimalkan dengan menyimpan dokumentasi kegiatan anak-anak, sharing pengalaman dan juga wujud penyaluran jatah kata harian sebagai perempuan hehehe soal ini kalian pasti ngerti dong, masa enggak wkwkw.
Apalagi seiring bertambahnya usia sepertinya otakku tidak secemerlang dulu. Maklum sebagai emak-emak banyak yang dipikirin, menyajikan pendidikan rumah (home education) untuk 3 anak yang berbeda usia, gender dan passion, mengurusi suami, rumah tangga dan tagihan bulanan ini itu tentu memaksa otak untuk bekerja ekstra. Belum lagi kegiatan lainnya yang menyita perhatian dan pikiran. Terkadang ketika ada tantangan hadir, aku sibuk membenahi hati dan keadaan lalu merasa otakku tiba-tiba menjadi tumpul. Nah itu harus ditangani salah satunya dengan kegiatan menulis atau ngeblog, agar semua peran dan aktivitas mamak bisa berjalan beriringan dengan smooth, yekaaan?
Jadi aku menarik kesimpulan bahwa sebagai perempuan dan ibu, aktivitas ngeblog selain kebutuhan juga bisa dikatakan sebagai wujud aktualisasi diri yang tidak dapat ditinggalkan dalam keseharian. Kalau kamu gimana Sahabat, sepenting apa sih ngeblog dalam hidupmu?
2. Apa Rencana Personal Brandingmu?
Setelah mengokohkan strong why, langkah selanjutnya ialah menjawab 2 pertanyaan wajib berikut:
- Versi terbaik apakah yang ingin ditampilkan dari diri kita?
- Untuk sekarang ini, mari lihat bagaimana pandangan orang lain dalam mengenai sosok diri kita?
Hemmmm, serius banget yak pertanyaannya 😆
Kalau aku pribadi, aku menyukai belajar, menulis, membaca, jalan-jalan, makan, menjadi home educator dan yang paling kusukai adalah membacakan buku untuk anak-anak di rumah. Nah niche blog saat ini insyaAllah sudah mewakilinya. Tentang review belajar, review buku, review jalan-jalan dan tema home education.
Insya Allah sampai hari ini memakai niche lifestyle masih cocok buatku. Namun untuk membedakan blog aku dengan niche books review dari blogger lainnya, insya Allah akan kumasukkan 2 poin sebagai penguatnya:
- Kajian Teks Sederhana, untuk label review buku anak atau read aloud. Materi penting ini kudapatkan sewaktu Train of Trainer Read Aloud bersama Ibu Roosie Setiawan.
- Reading Plan, pada label books review selain buku anak. Materi ini kudapatkan dari Coach Adi Wahyu Adjie di Kelas Cinta Baca atau OWOB (One Month One Book).
Mudah-mudahan dengan rencana pembaruan tersebut dapat meningkatkan value dan juga menjadi pemantik semangat serta konsistensiku untuk membaca dan menulis di blog. Bantu aminkan ya Sahabat?
3. Konsisten dalam Menulis
Konsistensi adalah koentji, begitulah pesan keramat yang selalu disampaikan oleh para mentor menulis. Karena dengan terus menulis artinya kita siap berproses untuk menjadi lebih baik dari hari ke harinya, berproses lebih baik dari tulisan yang satu ke tulisan selanjutnya. Tidak mudah berpuas diri dengan capaian yang sudah ada.
Dengan begitu, kita dapat semakin bergairah dan mencintai aktivitas ngeblog, lebih luwes dalam menulis sehingga tak lagi merasa insecure dengan tulisan sendiri. Oh ya kutambahkan sedikit ya agar tetap menjadi diri sendiri dengan gaya dan ciri khas menulis masing-masing. Karena gaya menulis blogger A belum tentu cocok dan pas dengan gaya kita, begitu pula sebaliknya.
Dengan konsistensi juga sebetulnya kita sedang memberikan bukti kepada dunia eh pembaca, bahwa: "Eeeh aku itu seorang blogger loh, kalian tahu tidak? Kalian juga bisa baca tulisan-tulisanku di blog, mampir yaaaaa." Yaah seperti itulah.
4. Optimalisasi Akun Media Sosial yang Dimiliki
Ayok mulai sekarang, hilangkan insecure dirimu (ini sambil ngomong depan cermin yak, alias sedang menasehati diri sendiri) dengan mulai memberanikan diri untuk posting atau sharing tulisan di media sosial. Mungkin awalnya malu-malu, tetapi dengan seringnya mmeposting tulisan di media sosial juga otomatis memacu diri untuk menghadirkan tulisan-tulisan yang lebih baik dan berkualtas.
Media sosial yang kumiliki ada Instagram, Facebook dan Twitter. Belakangan ini paling seringnya menggunakan Instagram saja, karena membuat akun Twitter sekadar syarat untuk mengikuti coaching blog saja, sementara Facebook juga kurasa udah so old aja gitu jadi males heheheh. Tapi nggak boleh sombong, karena ternyata FB pun memiliki pangsa yang besar juga.
Semakin banyak platform media sosial yang kita miliki, semakin banyak pula peluang untuk membangun serta menguatkan personal branding kita. Sekali lagi, tidak ada platform yang lebih baik dan lebih buruk, toh semuanya memiliki pangsa pasar berbeda-beda.
Apalagi saat ini profesi blogger ternyata disebut juga sebagai influencer, loh. Jadi hendaknya tak hanya mempublikasikan aktivitas ngeblog saja di media sosial ya, tetapi juga aktivitas harian lainnya yang berkaitan dengan itu. Seperti misalnya: menghadiri event blogger, kegiatan mencari ide dan konten, dan lain sebagainya untuk semakin menguatkan personal branding kita sebagai blogger. Siap?
Tips lainnya dalam mengoptimalisasi media sosial yaitu menggunakan nama yang seragam dengan nama blog kita agar lebih mudah dikenali dan terbangun brandingnya. Saat ini nama akun medsosku memang belum seragam plek ketiplek semuanya. Tetapi aku berusaha menggunakan nama yang mengandung embel-embel "mamiarsyali".
Sepertinya ke depannya aku harus mulai merambah aktif di dunia Twitter juga deh, karena ternyata dunia Twitter itu juga super ramai seperti platform lainnya. Bismillah berusaha lebih baik dan lebih maksimal, semangkaaaa!
5. Kontribusi dan Berbagi
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda, yang artinya:
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain."
Karena dengan memberi manfaat kepada orang lain, sejatinya kita sedang membahagiakan diri sendiri. Memang hal yang sulit digambarkan, namun entah mengapa hati selalu merasa senang dan lega ketika dapat berbagi suatu hal atau ilmu kepada orang lain.
Meskipun hanya secuil namun apabila hal tersebut sangat dibutuhkan oleh orang lain, maka orang tersebut akan senang. Dan dari situlah kebahagiaan kita muncul tatkala melihat pancaran kesenangan orang lain yang telah kita berikan manfaat. Selain tertular kebahagiaan, juga ladang untuk mendapatkan pahala serta rida Allah SWT.
Jujur selama ini paling nggak pede kalau disuruh maju untuk berbagi, apalagi soal ngeblog mah mamak masih ibarat anak bayi yang baru belajar merangkak. Namun kali ini harus diniatkan untuk bisa berbagi meskipun sedikit yang dipunya, karena bisa jadi hal yang sedikit ini merupakan harta karun bagi orang lain. Who knows?
6. Bergabung dan Aktif dalam Komunitas Blogger
Poin keenam ini sebetulnya sudah pernah kucoba, ketika lulus program ODOP (One Day One Post) lalu memilih grup ODOP Blogger. Namun sejak saat itu dan hingga kini, rasa insecure masih merajai diri apalagi teman-teman lainnya kebanyakan yang blogger pro jadi makin ciut dah mamak.
Tetapi meski terlihat pasif di sana, sebetulnya masih banyak hal yang dapat dilakukan, seperti:
- Ikut blogwalking
- Ikut medsos walking
Dengan melakukan 2 hal tersebut diharapkan nama kita akan selalu muncul di list blog atau medsos walking, sehingga dapat menambah pertemanan sesama blogger, followers, dan juga page views di blog kita. Selain itu juga menambah referensi gaya kepenulisan dalam ngeblog.
7. Kolaborasi
- Creative thingking atau berpikir kreatif,
- Critical thinking and problem solving atau berpikir kritis dan pemecahan masalah,
- Communication atau komunikasi, dan
- Collaboration atau kolaborasi.
7. Evaluasi
Yang tak boleh dilupakan dalam upaya membangun personal branding adalah evaluasi.
Ibaratnya seperti anak sekolahan yang setiap hari belajar lalu mendapatkan di periode tertentu untuk mengevaluasi apakah pembelajaran dari sekolah berhasil terserap oleh anak didik atau belum.
Selama ini aku cenderung cuek dan flat aja, nggak pernah serius memperhatikan berapa jumlah follower di blog maupun medsos. Meskipun viewers status Whatsapp dan story Instagram terbilang lumayan banyak namun sampai detik ini memang belum pernah sih mencatat dan memperhatikan perkembangannya.
Ternyata, di Blogspedia Coaching aku mendapatkan ilmu baru yaitu betapa pentingnya mengevaluasi personal branding.
Okelah next mamak akan mulai rajin mencatat beberapa hal:
- Apakah sudah konsisten posting di blog?
- Bagaimana kualitas postingan di blog dan media sosial, apakah kualitas tulisan dan grafisnya semakin baik atau justru menurun?
- Mengecek jumlah like, viewers, dan followers di blog dan media sosial.
Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup pada kolom komentar, kalau masih nekat mohon maaf komentarmu akan dihapus ya🙏