Halo Sahabat, pernahkah kalian merasa bingung bagaimana caranya mengecek pertumbuhan dan perkembangan anak ? Bagaimana pula caranya untuk menstimulasi anak usia dini? Nah pada postingan kali ini aku akan berbagi mengenai STPPA usia 2-3 tahun.
Waaah apa tuh STPPA, penasaran nggak?
Untuk kalian yang memiliki anak berusia 2-3 tahun dan penasaran banget sama yang namanya STPPA ini, yuk mojok bareng dan kita kulik bersama-sama. Supaya lebih bisa memahami dan semakin percaya diri bagaimana mendampingi tumbuh kembang ananda di rumah masing-masing😊
Pertumbuhan VS Perkembangan
Dalam pendidikan anak usia dini seringkali disebut-sebut kata pertumbuhan dan perkembangan. Sebetulnya apa sih perbedaannya?
Pertumbuhan
Pertumbuhan anak adalah pertambahan berat dan tinggi badan yang mencerminkan kondisi kesehatan dan gizi yang mengacu pada panduan pertumbuhan anak dan dipantau menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Kementrian Kesehatan, meliputi: Kartu Menuju Sehat (KMS), Tabel Berat Badan (BB) / Tinggi Badan (TB), dan alat ukur lingkar kepala.
Perkembangan
Masih mengutip dari websitenya PAUD Jateng , perkembangan anak adalah integrasi dari perkembangan enam aspek: agama dan moral, fisik - motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional dan seni.
Pengertian STTPA
Dalam Permendikbud 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), disebutkan bahwa STPPA atau Standar Tingkat Pencapaian Anak adalah kriteria tentang kemampuan yang dicapai anak pada seluruh aspek perkembangan dan pertumbuhan. Mencakup 6 aspek yaitu: nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial-semosional dan aspek seni.
Aspek-aspek dalam STPPA
Seperti telah disebutkan di paragraf pertama bahwa ada 6 aspek dalam STPPA, yaitu:
I. Nilai-nilai Agama dan Moral
Nilai-nilai agama meliputi mengenal agama yang dianut oleh anak, mengerjakan ibadah, mengetahui hari-hari besar agamanya, dan bertoleransi menghormati agama orang lain.
Untuk moralnya meliputi perilaku yang positif seperti jujur, penolong, sopan, hormat, sportif, menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
II. Fisik - Motorik
Menurut Julia Sarah Rangkuti dalam bukunya yang berjudul Rumah Main Anak, perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengam kematangan saraf dan otot anak. Sehingga setiap gerakan sesederhana apapun merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.
Perkembangan kemampuan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan jasmani yang terkoordinasi antar pusat saraf, urat saraf, dan otot. Perkembangan motorik ini terbagi menjadi 2 yaitu motorik halus dan motorik kasar.
Motorik Halus
Motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan ketrampilan fisik yang melibatkan otot kecil serta koordinasi mata dan tangan. Dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang berkesinambungan secara rutin seperti bermain puzzle, menyusun balok, memasukkan bola ke dalam lubang sesuai bentuknya, membuat garis, melipat kertas dan sebagainya.
Motorik Kasar
Sementara motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motorik yang mencakup keterampilan otot-otot besar. Gerakan ini lebih menuntut kekuatan fisik dan keseimbangan yang melibatkan aktivitas otot tangan, kaki, dan seluruh tubuh anak.
Perkembangan motorik kasar pada anak memiliki rangkaian tahapan yang berurutan yang harus dilalui dan dikuasai dahulu sebelum memasuki tahapan selanjutnya. Sesuai dengan kaidah fitrah bahwa setiap anak itu unik maka tidak semua anak dapat menguasai suatu keterampilan di usia yang sama, jadi Sahabat tidak perlu berkecil hati jika melihat perkembangan ananda tidak sama persis dengan anak lain, yaaa.
III. Kognitif
Menurut Benjamin S. Bloom yang mengenalkan konsep "Taksonomi Bloom", ranah kognitif menyangkut segala aktivitas yang dilakukan oleh otak. Mulai dari kemampuan berpikir, termasuk kemampuan menghafal. memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensitesis, serta kemampuan mengevaluasi.
Anak dalam rentang usia 0-3 tahun memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka mengembangkan rasa ingin tahunya tersebut melalui beberapa hal yaitu meniru orang tua, belajar melalui pengamatan, belajar konsentrasi, mengenal anggota badan, memahami bentuk, kedalaman serta ruang dan waktu. Anak juga mampu berimajinasi dan berpikir antisipatif.
Teori Perkembangan Kognitif
Sementara menurut Tahapan Perkembangan Kognitif menurut Jean Piaget, seorang psikolog dari Swiss bahwa anak usia 0-2 tahun berada di Tahap Perkembangan Sensorimotor. Anak terbatas pada gerak-gerak yang refleks, bahasa awal waktu sekarang dan yang dekat saja.
Usia 2-7 tahun masuk ke tahap 2 yaitu Tahap Pra Operasional, kemampuan anak untuk menerima rangsangan terbatas. Anak mulai berkembang kemampuan bahasanya, walaupun pikirannya masih statis dan belum dapat berpikir abstrak. Persepsi soal waktu dan tempat juga masih terbatas.
Tahap ke-3 merupakan Tahap Konkret Operasional, usia 7-11 tahun. Anak di tahap ini sudah mampu menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat dan membagi.
Yang terakhir dari Tahapan Perkembangan Kognitif adalah Tahap Formal Operasional, ketika anak berada di usia 11-15 tahun. Anak sudah mampu berpikir tingkat tinggi, mampu berpikir abstrak
IV. Bahasa
Tahukah kalian Sahabat, kalau otak anak-anak mengalami perkembangan pesat pada 3 tahun pertama kehidupannya? Periode yang intensif untuk perkembangan kemampuan bahasa dan bicara, melalui suara yang didengar, hal yang dilihat, serta paparan yang konsisten anak dapatkan dari pembicaraan orang-orang di sekitarnya.
Di usia 2 tahun anak akan mengalami yang namanya ledakan bahasa, dimana jumlah kosakatanya meningkat pesat. Anak mulai banyak mengeksplorasi dunia sekitar mereka dengan bahasa, maka tak jarang para orang tua kelabakan untuk menjawab berbagai pertanyaan dari anak-anaknya, termasuk mamak hehehe.
V. Sosial Emosional
Menurut seorang ahli psikoanalisis bernama Erik Erikson, bahwa anak di usia 0-2 tahun berada di tahap perkembangan sosial yang disebut Basic Trust vs Mistrust alias percaya vs curiga. Jika anak mendapatkan pengalaman menyenangkan, maka ia akan tumbuh dengan percaya diri. Dan sebaliknya, pengalaman tidak menyenangkan yang dialami anak akan menimbulkan rasa curiga dalam dirinya.
Sementara untuk anak usia 2-3 tahun yang terkait tema postinganku kali ini, anak berada di tahap Autonomy vs Shame and Doubt (mandiri vs ragu). Anak merasa sudah mampu menguasai anggota tubuhnya dan dapat menumbuhkan rasa otonomi.
Anak dapat melakukan aktivitasnya sendiri, sehingga anak sering tersinggung jika ia mendapat bantuan. Mirip banget sama Aisyah nih yang semuanya udah serba sendiri dan paling marah kalau mamake bantun 😂
Berikan ruang, kepercayaan dan kesempatan bagi mereka agar aspek sosial emosionalnya dapat berkembang sempurna.
VI. Seni
Aspek seni diyakini berperan penting bagi perkembangan otak kanan anak. Karena seni dapat meningkatkan kepandaian berekspresi anak, pemahaman sisi-sisi kemanusiaan, kepekaan dan konsentrasi yang tinggi serta kreativitas yang gemilang.
Meskipun dalam Permendikbud 137 Tahun 2014 disebutkan bahwa aspek ini meliputi kemampuan mengeksplorasi dan mengekspresikan diri, berimajinasi dengan gerakan, musik, drama, dan beragam bidang seni lainnya (seni lukis, seni rupa, kerajinan) dan mampu mengapresiasi karya seni. Mamak tetap mengacu pada landasan tauhid bahwa seni pun harus selaras dengan nilai-nilai islami dan tidak melenceng dari syariat.
Seindah apapun karya seni namun bila dalam bentuk patung yang dilarang oleh Allah, atau seindah apapun gerak tarian namun dilakukan dengan gemulai oleh wanita apalagi dengan kostum yang membuka aurat, tentu mamak tidak akan setuju dan tidak akan pernah mengajarkan anak-anak ke arah sana, apalagi mengajarkan anak untuk mengapresiasi.
Aspek seni yang diajarkan di rumah adalah yang dapat membangkitkan kecintaan anak-anak kepada Rabbnya, misalnya crafting bentuk lucu ciptaan Allah, atau menggambar pemandangan sebagai wujud syukur dan takjub terhadap ciptaan Allah.
Tetapi untuk yang ini sebatas opini dan kebijakan di keluargaku ya, jadi soal batasan pada aspek seni ini dikembalikan kepada value masing-masing keluarg ya Sahabat, karena setiap keluarga kan unik dan tentunya tidak akan sama plek ketiplek, hehehe.
STPPA Usia 2-3 Tahun
I. Nilai-nilai Agama dan Moral
Mulai meniru gerakan berdoa atau ibadah sesuai dengan agamanya.
Mulai memahami kapan mengucapkan salam, terima kasih, maaf, permisi, dan sebagainya.
II. Fisik Motorik
A. Motorik Kasar
Berjalan sambil berjinjit
Melompat ke depan dan ke belakang dengan kedua kakiMelempar dan menangkap bolaMenari mengukuti irama Naik-turun tangga atau tempat yang lebih tinggi/rendah.
Melempar dan menangkap bola.
Menari mengikuti irama.
Naik turun tangga atau tempat yang lebih tinggi atau rendah dengan cara berpegangan.
B. Motorik Halus
Meremas kertas atau kain dengan menggerakkan lima jari.
Melipat kain atau kertas meskipun belum rapi atau lurus.
Menggunting kertas tanpa pola
Koordinasi jari tangan cukup baik untuk memegang benda pipih seperti sikat gigi, sendok.
c. Kesehatan dan Perilaku Keselamatan
Berat badan sesuai tingkat usia
Tinggi badan sesuai tingkat usia.
Berat badan sesuai dengan standar tinggi badan.
Lingkar kepala sesuai tingkat usia.
Mencuci, membilas, dan mengelap ketika mencuci tangan tanpa bantuan.
Memberitahu orang dewasa ketika sakit.
Mencuci atau mengganti alat makan ketika sakit.
III. Kognitif
A. Belajar dan Pemecahan Masalah
Melihat dan menyentuh benda yang ditunjukkan oleh orang lain.
Meniru cara pemevahan orang dewasa atau teman.
Konsentrasi dalam mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orangtua.
Mengeksplorasi sebab dan akibat.
Mengikuti kebiasaan sehari-hari (mandi, makan, pergi ke sekolah).
B. Berpikir Logis
Menyebut bagian-bagian suatu gambar seperti gambar wajah orang, mobil, binatang, dan sebagainya.
Mengenal bagian-bagian tubuh (lima bagian).
Memahami konsep ukuran (besar-kecil, panjang-pendek).
Mengenal 3 macam bentuk yaitu: lingkaran, segitiga dan persegi.
Mulai mengenal pola.
- Memahami simbol angka dan maknanya.
C. Berpikir Simbolik
Meniru perilaku orang lain dalam menggunakan barang.
Memberikan nama atas karya yang dibuat.
Melakukan aktivitas seperti kondisi nyata (misal: memegang gagang telepon).
IV. Bahasa
A. Memahami Bahasa
Memainkan kata atau suara yang didengar dan diucapkan berulang-ulang.
Hafal beberapa lagu anak sederhana.
Memahami cerita atau dongeng sederhana.
Memahami perintah sederhana seperti letakkan mainan di atas meja, ambil mainan dari dalam kotak.
B. Mengungkapkan Bahasa
Menggunakan kata tanya dengan tepat (apa, siapa, bagaimana, mengapa dan di mana).
Menggunakan 3 atau 4 kata untuk memenuhi kebutuhannya (misalnya mau minum air putih).
V. Sosial Emosional
A. Kesadaran Diri
Memberi salam setiap mau pergi.
Memberi reaksi percaya pada orang dewasa.
Menyatakan perasaan terhadap anak lain.
Berbagi peran dalam suatu permainan (misal: menjadi dokter, perawat dan pasien).
B. Tanggung jawab Diri dan Orang Lain
Mulai bisa mengungkapkan ketika ingin buang air kecil dan buang air besar.
Mulai memahami hak orang lain (harus antri, menunggu giliran).
Mulai menunjukkan sikap berbagi, membantu, dan bekerjasama.
C. Perilaku Prososial
Bermain secara kooperatif dalam kelompok.
Peduli dengan orang lain (tersenyum, menanggapi bicara).
Membagi pengalaman yang benar dan salah pada orang lain.
Bermain bersama berdasarkan aturan tertentu.
VI. Seni
A. Anak mampu membedakan antara bunyi dan suara
Memperhatikan dan mengenali suara yang bernyanyi atau berbicara.
B. Tertarik dengan Kegiatan Musik, Gerakan Orang, Hewan maupun Tumbuhan.
Menyanyi sampai tuntas dengan irama yang benar (nyanyian pendek atau 4 bait).
Menyanyikan lebih dari 3 lagu dengan irama yang benar sampai tuntas (nyanyian pendek atau 4 bait).
Bersama teman-teman menyanyikan lagu.
Bernyanyi mengikuti irama dengan bertepuk tangan atau menghentakkan kaki.
Meniru gerakan berbagai binatang.
Paham bila orang terdekatnya (ibu) menegurnya.
Mencontoh gerakan orang lain.
Bertepuk tangan sesuai irama.
C. Tertarik dengan kegiatan atau karya seni.
Menggambar benda-benda lebih spesifik.
Mengamati dan membedakan benda di sekitarnya yang di dalam rumah.
Setelah mengenal apa itu STPPA Usia 2-3 tahun dan memahami keenam aspeknya, kalian bisa menggunakannya sebagai acuan untuk menstimulasi ananda di rumah. Karena di usia ini termasuk masa keemasan atau golden age dimana anak-anak sangat peka untuk menerima berbagai rangsangan dan stimulasi. Berikan kegiatan bermain dengan makna, agar dapat berkembang semua aspeknya dan menjadi pondasi yang kuat untuk memasuki tahapan usia selanjutnya.
waah sttpa ini kudu diprint dan ditempel di tempat yang mudah dijangkau mata yaa mam 😍 biar selalu memperhatikan perkembangan anak.. makasih mam
ReplyDeleteSaya punya sepupu udah umur 3 tahun. Secara fisik sangat aktif. Tapi speech delay, ngomongnya kurang jelas, pipis dan eek dua2nya disebut eek. dan enggak semua kata bisa diucapkan dg baik. Tapi tiap hari dikasih handphone sama maknya
ReplyDeleteAcuannya sudah ada ya. Tinggal dikembalikan ke masing-masing ortu. Bisa pake STPPA atau standar lain. Tugas pengasuhan itu bisa jadi hal yang menyenangkan kalau ada sinergi antara istri dan suami. Biar anaknya juga bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal.
ReplyDelete