Bagiku, anak-anak adalah guru tebaik dalam hidup. Betapa tidak, mereka mengajarkan apa itu cinta tanpa syarat. Meski seringkali aku berbuat khilaf, namun tetap saja menantikan waktu bermain bersamaku. Seakan lupa dengan kejadian yang terjadi sebelumnya, sesedih apa pun itu, mereka bisa tersenyum dan tertawa lagi bersamaku. Namun seiring waktu berjalan, aku menyadari bahwa sudah semestinya aku tak mengandalkan ketulusan hati mereka. Justru akulah yang harus berbenah diri agar tak lagi menorehkan luka di hati mereka. Karena bagaimanapun anak-anak hanyalah manusia biasa, yang suatu saat nanti akan merasa lelah menahan begitu banyak luka.
Luka Pengasuhan, istilah yang tidak asing lagi bagi para orang tua jaman now termasuk aku. Memori buruk dan kejadian tidak mengenakkan yang pernah dialami di masa lalu, yang datangnya dari keluarga (orang tua). Tanpa sadar, memori buruk dan emosi negatif yang menumpuk dalam diri bisa mempengaruhi gaya pengasuhan ketika sudah menjadi orang tua.
Hingga pada akhirnya melalui seorang teman, Allah memberi jalan untukku mengikuti sebuah workshop online gratis via zoom bersama Teh Diah Mahmudah dari Dandiah Center, di bulan November kemarin. Aku memang penasaran dengan metode healing seperti itu, karena sebelumnya pernah dapat info acara serupa secara offline, jauh sebelum pendemi Covid-19. Namun karena biayanya yang menurut saya mahal (sekitar 1 jutaan), akhirnya tak jadi mendaftar waktu itu. Nah, dengan adanya workshop gratis di bulan kemarin itu, saya sangat bersemangat dan niat sekali untuk mempelajari luka pengasuhan dan cara membasuhnya, mulai dari diri sendiri.
Penasaran dengan cerita selanjutnya?
Karena sudah tengah malam begini, mata kiyep-kiyep dan udah kangen sama guling, wkwkwk. Insya Allah part-2 dianjutkan esok ya 🙏
Selamat malam dan selamat beristirahat😪💤



Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup pada kolom komentar, kalau masih nekat mohon maaf komentarmu akan dihapus ya🙏