Hujan deras dan langit gelap sekali di sini. Daerah Bekasi lainnya (tempat orang tua) sudah mati lisrik, tapi alhamdulillah di tempat saya tidak. Semoga terus nyala sih ya, hehehe.
Postingan kali ini mamake mau cerita tentang Abang Ali. Sebetulnya sedih banget sih ya, tapi sengaja ditulis di sini sebagai catatan perjalanan dia.
Ali yang Dulu ...
Ceritanya, sejak SD tuh Ali punya kelebihan di Bahasa Inggris. Nilai rapornya selalu baik, angkanya paling tinggi jika dibandingkan nilai mata pelajaran lainnya. Bahkan jika dibandingkan dengan nilai Bahasa Inggrisnya juara kelas. Tapi soal nilai sih bukan satu-satunya tolak ukur mamak ya, bisa dilihat juga kecenderungan dan kecintaan dia kepada Bahasa Inggris lainnya seperti mengikuti kursus.
Dia sangat bersemangat kursusnya, sudah pernah di New Concept (waktu kelas 2-3 SD), lalu pindah ke Harapan Indah dia kursus di LIA. Kemudian kelas 5 jam nya bentrok dengan masuk sekolah sore akhirnya pindah ke Grow di Harapan Baru. Di sanalah ia semakin bersemangat dan makin senang Bahasa Inggris karena faktor guru dan metodenya yang asik.
Ketika Jenuh Melanda
Tapi semua berubah sejak pindah ke Tambun. Les Bahasa Inggris dengan guru sekolah yang menurut Ali sama sekali nggak asik. Tempatnya juga sempit harus dempet-dempetan dengan teman lainnya. Ketika ia jenuh dan memutuskan berhenti, eh nilai dari gurunya berubah. Intinya hanya murid yang ikut les aja yang bisa dikasih nilai bagus.
Saya sendiri menemukan beberapa kejanggalan dalam penilaian ujian. Sering ada jawaban benar tapi disalahkan. Asli kesel banget kan ya. Akhirnya saya suruh Ali ikut les lagi, hanya bertahan sebentar namun kembali jenuh.
Sejak itu, ia kurang bersemangat. Disuruh les di IEC dekat rumah juga belum mau. Padahal biayanya lumayan, 300 ribuan per bulan. Anggapan dia, nggak akan ada tempat les yang seasik Grow 😷
Maksud mamak sih ya dicoba aja dulu, mana tau cocok kan bisa lebih cepat mengasah kemampuannya. Daripada hanya mengandalkan pelajaran di sekolah aja. Tapi ya, namanya anak baru baligh. Sulit dimengerti jalan pikirannya, malah sedang sibuk dan termotivasi dengan motor 😅
Kesempatan Itu Sempat Datang
Hingga kini menginjak kelas 3 SMP pun masih belum mau les di IEC. Eh, pernah sih saat dia lagi happy tiba-tiba minta kursus. Tapi disuruh datang langsung ke sana untuk menanyakan jadwal (agar tidak bentrok dengan les MTK) sekalian minta formulir, eeeh anaknya mager gitu.
Waktu pun berselang, dan semangatnga ambyar lagi. Hadeh ....
Qodarullah, 2 pekan kemarin ada informasi tentang lomba. Wali kelasnya Ali menanyakan siapa yang bisa maju lomba story telling. Anak-anak tidak ada yang menyanggupi. Saya menanti responnya Ali pun nihil.
Padahal waktu di Grow ada acara semacam pentas seni, dia tidak pernah absen ikut. Saya melihat dia bagus ketika menjadi pemain drama, bisa menghafal teks dan baik juga aktingnya di atas panggung. Apalagi ketika di tahun berbeda Ali kebagian jatah menjadi narator, dia juga pintar sekali. Bahkan dia juga mampu menghafal seluruh dialog yang menjadi tugas pemain drama. Pokoknya mah, tinggal butuh banyak latihan aja biar semakin oke.
Inisiatif Mamake
Saya mengambil inisatif agar sang guru menunjuk Ali untuk ikut lomba tersebut. Dan ternyata berhasil. Ali mulai muncul rasa percayanya kepada diri sendiri karena merasa 'diakui'. Ya memang ia sedang dalam fase yang rendah sekali dengan rasa PD nya, tidak yakin dengan kemampuan sendiri malah sering ikut teman yang lain, misalnya main motor 😅
Singkat cerita, Ali merasa tergugah dengan penunjukan gurunya tersebut. Trus langsung mau? Oo nggak secepat itu, Ferguso ...
Setelah itu Ali menggalau. Lho😅😆
Maksudnya dia malah galau memilih antara ikut story telling atau speech. Dia sibuk menimbang-nimbang sampai akhirnya ditanya lagi, dia malah mau mundur 😂
Jiaaah, insecure-nya kumat 😶
Akhirnya sang guru menanyakan kembali, barulah Ali mantap memilih Speech.
Gurunya senang, Ali senang, saya dan suami pun senang. Tidak lupa mengucapkan terima kasih atas kemauannya mengikuti lomba serta memberikan support untuknya.
Ternyata Harus Batal
Setelah itu lanjut ke persiapan, Ali mulai buka-buka buku. Eh kemarin lusa, tiba-tiba ia bilang kalau lombanya nggak jadi. Hah?! 😷
Penjelasan dari Ali pun kurang memuaskan, jadi saya coba menghubungi gurunya. Dan betul, ada mis komunikasi antara guru dengan pihak panitia acara. Ternyata untuk beberapa lomba telah ditutup pendaftarannya (termasuk lomba Speech yang akan Ali ikuti). Waduh, kasian banget Ali dan teman-teman lainnya yang juta batal mengikuti lomba 😰
Meski begitu, saya tetap mengucapkan terima kasih ke Ali. Juga tetap bangga padanya karena dia sudah berani mengambil keputusan.
Hikmahnya
Banyak hikmah atau pelajaran dari setiap kejadian yang dialami, termasuk batalnya Ali mengikuti lomba Speech (pidato).
Pertama, batal bukan berarti putus harapan. Jangan pernah menyerah apalagi berputus asa.
Kedua, mungkin Allah ingin mengatakan agar Ali lebih bisa mempersiapkan diri lebih baik dan lebih matang lagi. Agar ketika nanti ada kesempatan lain, ia sudah lebih siap.
Ketiga, kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Jadi tak mengapa kali ini gagal ikut lomba, tapi yakin bahwa kelak pasti ada kesempatan lainnya.
Bersiap-siap saja, Abang Ali! 🤗
Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup pada kolom komentar, kalau masih nekat mohon maaf komentarmu akan dihapus ya🙏