MqBcMqB9MqRaLWJcNWB6Mqx6LCMkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANLITE104

Rindu Abang Ali yang Dulu ...

Siang tadi, saya baru ngeh ada notifikasi dari akun Instagram. Pengingat tentang foto jadul, alias jaman dulu. Ini salah satu fitur yang belakangan ini saya rindukan. Kenapa? Sederhana aja sih sebetulnya, yaaa saya rindu anak-anak ketika mereka masih kecil. Terutama Abang Ali, yang kini sudah hampir 15 tahun. 


Foto saya, Ali dan Arsya di tahun 2016. Tentu masih hafal di mana lokasinya, yaitu Sekolah Alam Jingga di Teluk Pucung. Waktu itu sedang survey untuk calon SMP nya Ali. Memang ia anak yang super duper aktif, senang bertualang, punya banyak ide dan kreatif. Jadi waktu itu saya kepengen banget menyekolahkan dia di sekolah alam. 

Namun ada beberapa pertimbangan, salah duanya adalah faktor jarak (jauh sekali dari Tambun) dan kurang dalam tahfizhnya di sana, akhirnya batal deh daftar di Jingga. Meski begitu, saya dan anak-anak masih suka datang di acara-acara Jingga seperti open house dan seminar lainnya (sebelum pandemi).

Kembali ke Abang Ali, di foto tadi kira-kira masih kelas 5 SD. Masih imut, ceria dan pastinya akur banget sama Arsya. Ali juga masih oke-oke aja diajak foto bareng. Kalau sekarang ini dia jarang mau difoto 🙁

Dari situ, saya betul-betul merasa rinduuu sama Ali. Dulu saya biasa ngobrol dan membacakan buku untuknya, sekarang ngobrolnya ngga sesering dulu. Baca buku juga sudah pintar sendiri, nggak minta dibacakan. Lalau dulu tuh, rutinitas wajib sebelum tidur. Bahkan kalau saya lewat atau hanya membacakan sedikit, dia pasti ngambek. Pokoknya dulu tuh saya dan dia betul-betul dekat.

Entah apa yang menggerakkan saya, akhirnya kepikiran untuk menyampul buku-buku barunya di kelas IX ini. Asal kamu tau aja nih ya ... soal menyampul buku ini sudah saya suruh sejak awal masuk tahun ajaran baru, namun dia tetap tak bergeming. Alasannya, sekolah tidak mewajibkan atau menyuruh siswanya untuk menyampul buku.

Ealaaaaah, padahal buku yang disampul rapi itu kan gunanya ya untuk dia sendiri, bukan untuk sekolah 🙈 Buku jadi lebih rapi, jelas ada stiker nama dan mata pelajarannya, jadi lebih mudah dicari. Eeeh, pikirannya belum sampai ke sana, malah (mungkin) mikirnya ngerepotin! 🤣

Oke akhirnya saya tadi buka lemari buku, mencari sampul cokelat dan plastik bukunya. Sebetulnya saya paling anti memanjakan anak seperti ini, apalagi kebutuhannya sendiri. Namun saya tadi tuh netul-betul kangen pengen banget bisa sedekat dulu lagi sama dia 😌

Awalnya dia menolak, ngapain sih gitu saya kerajinan nyampulin buku dia. Itu yang saya tangkap dari ekspresinya. Bahkan disuruh ambil bukunya aja dia ogah-ogahan. Oke, saya lanjut sendiri. Sambil ngoceh kalau saya betul kangen sama dia 🙈

Jadi tadi pas nyari sampul buku, saya nemu gambar-gambar hasil karya dia jaman dulu. Ketika itu dia masih rajin bebikinan, lucu-lucu deh gambarnya. Besok saya upload ya✌️

Dia bilang, saya aneh. Toh cuma gambar biasa aja kok saya kesenengan, katanya. Lhaaa iya bener, saya kegirangan kayak menemukan harta karun, tau! Memang Ali sebetulnya senang sekali membuat gambar atau komik gitu. Masih suka dilakukan sampai awal kelas VIII, tapi lama-lama enggak lagi. Dia ngerasa ngga berbakat, nggak pede, apalagi teman-temannya bisa bikin yang jauh lebih bagus daripada dia. Dukungan saya pun sempat dia mentahkan 😏 

Asli deh, saya kangen Ali yang dulu. Yang percaya diri, suka bebikinan, dan nggak suka minder sama orang lain. Sekarang sih dia memang lagi suka voli, tapi baru mau masuk klub supaya lebih fokus belajar dan latihannya. Insya Allah selepas PTS (Penilaian Tengah Semester) pekan depan, bisa langsung daftar. Tapi saya kangen Ali yang dulu masih imut, dan suka gambar-gambar.

Oh ya, selain harta karun karya Ali tadi, saya juga menemukan buku catatan lama tentang dia. Observasi ala-ala saya tentang Ali, lengkap dengan tangga, bulan dan tahunnya, 2016. Wow, tahunnya pas banget sama foto dari pengingat Instagram tadi, kan?

Memang di tahun 2016 itu saya masih bisa fokus sama Ali. Arsya pun masih usia 1 tahun, jadi belum terlalu menyita perhatian saya juga. Intinya, masih banyak pikiran, waktu dan tenaga saya untuk Ali, si sulung. Belum terbagi dengan adik-adiknya dan kesibukan saya lainnya. 

Huhuuuu astaghfirullah. Saya harus banyak muhasabah, nih. Apalagi di buku Rumahku Madrasah Pertamaku dibahas bahwa jika ada karakter kurang baik dal diri anak, ya itu karena kelalaian orang tuanya. Belum bisa mengembangkan potensinya, sebelum menghancurkan karakter yang tadi. 

Jadi jelas, saya masih punya banyak hutang sama dia. Merasa bersalah meski terlambat itu lebih baik daripada tidak merasa bersalah sama sekali. Apalagi hanya bisa menyalahkan anak, tanpa mau introspeksi diri atau muhasabah. Naudzubillah.

Sambil menyampul buku, saya terus kepikiran Ali kecil. Dan ajaib, lho. Setelah hampir selesai saya menyampul buku-bukunya, eeeh ia keluar dari kamar saya (tadinya momong adik sambil baca komik PJB ✌️). Dia mendekati saya dan kelihatan kalau dia senang bukunya disampul.

Anak-anak, berapapun usia mereka, tetaplah anak-anak yang butuh perhatian dari orang tuanya. Senang ditemani dan diperhatikan, apalagi diajak ngobrol. Ya mungkin jarak antara saya dan dia belakangan ini karena saya terlalu fokus dengan dunia saya sendiri 😌

Maafin ya Bang, insya Allah akan bunda tebus semuanya ... Segera kamu dan bunda akan kembali dekat seperti dulu, amin. 

Share This Article :
Mamiarsyali

Mamiarsyali adalah seorang lifestyle blogger yang menulis seputar parenting, Home Education, book review, traveling dan apa saja yang dapat membuatnya lebih happy.

Hai, terima kasih sudah mampir☺

Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup pada kolom komentar, kalau masih nekat mohon maaf komentarmu akan dihapus ya🙏
6616646238410676779