Hai semuanya, sudah hari Jumat nih! Itu artinya hari terakhir alias deadline pengumpulan tugas wajib pekanan di ODOP (Ode Day One Post). Di pekan ini temanya adalah membuat review dari 2 buah film pendek yang berjudul Tilik dan Cream. Yes, saya masih menjadi deadliner garis keras huhuhu 🙈
Bismillah, saya mau bahas satu per satu ya ...
FILM TILIK
Film indie lokal alias dalam negeri ini sempat menjadi trending topic. Saya pribadi awalnya nggak ngeh dengan film ini, sempat intip-intip sebentar di Youtube namun kurang sreg. Namun karena diwajibkan oleh tim ODOP untuk menonton ini, ya akhirnya kemarin saya tonton sampai habis juga hehehe. Demi tugas, yekaaaan? 🙈
Tokoh utama di film Tilik ini adalah Bu Tejo. Gaya bicaranya yang khas, menggebu-gebu dan pandai mempengaruhi orang lain. Namun sangat disayangkan, topik pembicaraannya hanya seputaran kejelekan orang lain. Namun ketika orang membahas tentang keluarganya, ia sewot. Hahaha.
Jadi ceritanya Bu Tejo ini sedang pergi ramai-ramai dengan ibu lainnya menggunakan truk, untuk menjenguk Bu Lurah yang dirawat di rumah sakit. Nah, keseruan jalan cerita ya tentang obrolan khas emak-emak di dalam truk itu.
Mereka membicarakan perihal sakitnya Bu Lurah, dan melebar kemana-mana hingga membahas Fikri (anaknya Bu Lurah) hingga Dian yang selalu dekat dengan Fikri. Nah, sosok Dian ini diceritakan Bu Tejo sebagai wanita yang 'tidak baik', karena dari penampilannya yang agak seronok juga terlalu mudah akrab dengan lawan jenis. Obrolan semakin ramai karena ada beberapa yang ikut mengiyakan gosip Bu Tejo.
Ada tokoh lain yang berseberangan dengan Bu Tejo yaitu Yu Ning, dia selalu menyanggah dan terkesan membela Dian. Kalau Yu Sam, dia biaa ikut panas kena provokasi Bu Tejo namun bisa diam atau berpikir ketika ada teguran dari Yu Ning tentang gosip Dian.
Pesan Moral
Kalau saya pribadi menangkap pesan moral dari film Tilik yang ada kaitannya dengan dunia kepenulisan atau jurnalistik adalah sebagai berikut:
Sebagai penerima berita, hendaknya mampu menyaring dan memilah berita. Apakah sumber beritanya bisa dipercaya, apakah beritanya valid atau tidak. Meskipun tersebar di internet namun belum tentu semua berita di sana adalah fakta atau benar.
Intinya, jangan mudah terprovokasi hanya dari satu sumber. Perlu mencari refernsi sumber berita lainnya dan mericek kembali kebenarannya.
Tentu namanya pandangan atau pendapat pribadi ini sifatnya personal, bisa jadi berbeda dengan pendapat kalian. Ya nggak apa-apa, kan? 😁
Oh ya saya juga menuliskan review film Tilik yang dikaitkan dengan keseharian ibu-ibu di postingan sebelum ini. Silakan diintip-intip ya Teman 🤗
Oke, lanjut ke film kedua ya.
FILM CREAM
Berbeda dengan film Tilik, Cream ini diproduksi di Amerika oleh David Firth. Menceritakan seorang ilmuwan, ua berhasil menciptakan produk ajaib yang diklaim dapat mengobati seluruh penyakit dan permasalahan yang ada di dunia.
Dalam film tersebut diceritakan ada seorang wanita berwajah rusak, lalu diolesi Cream langsung berubah cantik. Ada juga yang hidungnya rusak, sama juga langsung bagus dan mancung setelah menggunakan produk Cream. Masih banyak lagi penyakit lainnya yang dapat disembuhkan, diantaranya tangan yang putus, mata buta, rambut botak, wajah tua, kaki bengkok, bahkan orang mati pun bisa bangkit lagi dengan diberikan Cream. Wow!
Tidak hanya ampuh kepada manusia, Cream tadi juga berefek pada benda lainnya seperti mobil tua berubah menjadi mobil keren, menumbuhkan pohon besar, mengubah anak kurang pintar menjadi sangat cerdas, bahkan bisa muncul perhiasan dengan instan di tubuh manusia. Hanya itu? Tentu tidak.
Saya yang awalnya tidak tertarik dengan film ini jadi merasa penasaran. Saya ikuti detailnya dari awal hingga akhir, karena memang sekali nonton belum cukup paham hahaha.
Bayangkan saja, Cream tadi mampu mengubah perasaan seseorang dari awalnya tidak baik menjadi feel better. Pokoknya dengan Cream tersebut mampu membuat dunia menjadi lebih indah dan segalanya lebih baik.
"Cream yourself happy! Cream the world beautiful! The Everything fixer."
Masuk ke scene kedua, sang ilmuwan kembali tampil depan publik. Ia mengatakan bahwa selama 6 bulam teakhir, Cream mengalami impovisasi menjadi jauh lebih hebat dari sebelumnya. Cream bisa menduplikat segalanya. Menyelamatkan anak-anak kelaparan, karena makanan bisa digandakan dan dibagi kepada mereka. Membahagiakan orang-orang korban peperangan, karena dengan Cream bisa menghidupkan kembali keluarga mereka yang meninggal akibat perang.
Namun, konflik mulai terjadi setelah itu. Ternyata ada pihak yang terganggu dengan kehebatan Cream tadi. Lalu mengontak beberapa pihak yang merasa kepetingannya terganggu, dan mereka sepakat: NO!!!
No!!! Artinya mereka harus segera menyudahi kegemilangan produk Cream tadi. Berbagai cara dilakukan, diantaranya mengerahkan kekuatan media.
Dalam film tersebut muncul banyak berita negatif baik di media cetak maupun elektronik yang menjelekkan produk Cream tadi. Bahkan ada disebutkan bahwa sang ilmuwan sebetulnya seorang pedofil dan membuat produknya dari bahan baku mayat bayi para korbannya. Ueeeeek, meski hanya menonton, saya merasa geliii sumpah! Betul-betul terbawa jalan cerita hahaha 🙈
Tak lama, banyak masyarakat yang kecewa karena pada akhirnya banyak korban jatuh karena produk ajaib tadi, bahkan ada yang anaknya tiba-tiba meninggal dunia. Disebutkan pula bahwa orang yang memakan hasil makanan duplikat tadi bisa terkena Aids. Hiy, seraaaam, lagi-lagi saya terbawa alur cerita hahaha 🙈
Intinya, masyarakat akhirnya kecewa dan marah. Produk ajaib tadi dimusnahkan massal, makanan duplikat ditarik, hutan hasil duplikat pun dihancurkan. Hingga akhirnya sang ilmuwan ditangkap oleh aparat, ditahan dan dilarang untuk melakukan penelitian lagi.
Pesan Moral
Ada beberapa poin yang saya dapat dari film ini:
1. Sebagai anggota masyarakat
Mirip dengan pendapat saya di film Tilik, bahwa sebagai masyarakat atau netizem itu harus cerdas. Harus mampu memilah berita dan tidak termakan provokasi media, meskipun klaimnya sangat 'wah'. Karena biasanya sesuatu yang sifatnya instan namun hasilnya sangat 'wah' dan tidak masuk akal itu, biasanya menyesatkan atau tidak baik. Heu. Pendapat saya aja loh ya.
2. Sebagai anggota jurnalis.
Ikutan ODOP ini kan tujuannya agar nantinya bisa berkarya dan bisa ambil bagian di dunia literasi atau jurnalistik di negeri tercinta ini kan, ya. Nah, sebagai pelaku di sana atau sebagai penulis, harus memiliki value dalam diri bahwa hanya menuliskan fakta. Apalagi belakangan ini saya lihat kekuatan media di negeri ini sangat dahsyat, ibarat pedang bermata dua yang tajam.
Dengannya bisa menaikkan pamor sesuatu/seseorang, misalkan untuk keperluan promosi atau kampanye. Atau sebaliknya, dengan kekuatan media mampuenjatuhkan reputasi sesuatu/seseorang. Seperti kisah Cream tadi, ia yang awalnya sangat populer dan digemari, tiba-tiba karena media ia jatuh sejatuh-jatuhnya.
Nah, posisi penulis harus netral. Jangan sampai tergoda dunia menerima pekerjaan tak halal namun harus melakukan sesuatu diluar hati nurani. Misalnya untuk menjatuhkan reputasi seseorang/sesuatu. Jikalau memang ada fakta tidak baik, tuliskan apa adanya saja tanpa tendensi apapun.
3. Sebagai seorang pemimpin atau pemegang bisnis raksasa.
Hendaknya memiliki hati bersih, tidak menggunakan kekuatan media hanya untuk kepntingan pribadi yang merugikan pihak lain. Tanamkan dalam diri bahwa media adalah hak masyarskat yang seharusmya netral dan memyajikan berita yang berimbang, tidak berat sebelah.
Naaah, itulah pendapat saya mengenai kedua film kedua, Cream. Bisa jadi sama dengan pendapatmu, atau berbeda. Intinya setiap orang memiliki pendapatnya masing-masing, dan dengan perbedaan tersebut akan menjadi keragaman yang unik.
Oke, sudah masuk waktu Maghrib. Selamat rehat ya, untuk kalian semuaaaa 💕
#ODOP
#OneDayOnePost
#ODOPChallenge2
#ODOPBatch8
#ODOPMamiArsyali
Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup pada kolom komentar, kalau masih nekat mohon maaf komentarmu akan dihapus ya🙏