Sebuah pesan singkat yang masuk ke _handphone_-ku dini hari tadi benar-benar mengusik pikiranku. Dan anganku sudah jauh melayang sampai ke kampung halaman. Namun sayang, hari libur belum tiba.
Biasanya, aku dan ibu berkomunikasi lewat sms atau panggilan telepon saja. Beliau tidak mau belajar menggunakan kecanggihan teknologi seperti _chatting WhatsApp_ atau _video call_.
"Ribet ah, Nduk." begitu katanya setiap kali aku ingin mengajarkan beliau berkomunikasi lewat dua jalur tadi. Pun ketika kakak-kakakku ingin turun tangan, ibu tetap menolak. Apalagi kata beliau, memiliki _handphone_ bagus di kampung itu beresiko. Sudah banyak cerita orang dijambret, atau dicuri di rumahnya. Makanya beliau lebih memilih untuk tetap menggunakan _handphone_ monokrom lama yang sudah dipakainya bertahun-tahun. Lebih nyaman dan tenang, tambah beliau. Ya sudah.
Biasanya sore atau malam sebelum aku tidur pukul sepuluh, itu paling malam aku menelepon beliau. Sekadar bertanya kabar keluarga di kampung, atau sebaliknya ibu yang meneleponku bertanya kabar pekerjaanku di kota. Semua berjalan biasa saja.
Namun memang sejak semalam, dalam hati aku merasakan sesuatu yang tidak enak. Memejamkan mata pun sulit, sementara _handphone_ dalam posisi tak ada pulsa, sehingga tak bisa menelepon dan mendengar suara ibu di seberang sana. Hal yang biasa kulakukan jika hatiku sedang gundah. Entahlah, mendengar suara ibu dan bapak seperti bisa menenangkan hati dan pikiranku. _Plus_ mengobati rindu yang melanda.
"Nduk, kalau bisa kamu pulang segera, jangan nunggu Lebaran. Bapak sudah kangen berat sama kamu, Nduk ...." begitu pesan singkat ibu yang kuterima dini hari tadi.
Apalah daya, pulsa tak ada, dini hari pula. Mau beli pulsa di mana aku? Harus menunggu pagi tiba untuk bisa membeli di konter _handphone_ dekat warteg di depan kosku.
Sementara menunggu, sungguh jantungku berdebar-debar. Aku belum siap dengan sesuatu yang menyakitkan, apalagi berita kehilangan. Karena sudah setahun ini bapak kena stroke, setelah sebelumnya mengidap diabetes. Kondisi fisik beliau sudah tak sama lagi seperti dulu yang segar bugar dan masih kuat ke sawah. Belakangan ini bapak hanya di rumah saja, terbaring di atas dipan dengan kedua kaki yang semakin lemah.
Tunggu aku, ya Pak. Semoga Allah berikan kesehatan dan kesembuhan untuk bapak hingga aku bisa bertemu denganmu, Amin.
#Fiksi
#TantanganMenulis
#RamadhanBercerita
Share This Article :
Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup pada kolom komentar, kalau masih nekat mohon maaf komentarmu akan dihapus ya🙏