Bismillah.
Ada beberapa sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan orang tua kepada bayi yang baru lahir, salah satunya ialah mencukur rambutnya. Memang dalam hadits dianjurkan pada hari ketujuh, namun kami baru dapat melakukannya pagi ini di hari ke-42 kelahirannya.
Sebetulnya diagendakan di hari ke 21 bertepatan dengan aqiqah, namun qodarulloh bidan yang akan mencukurkan berhalangan hadir.
Acara mencukur rambut tadi pagi juga berjalan dengan serba tanpa persiapan hihihi. Setelah beberapa kali bidan batal datang, lalu saya juga bingung memilih alat cukur elektrik di Shopee (ngeri sakit dipakai jika membeli yang merek Cina, ada yang bagus merek Phillips namun harganya di atas 300 ribu, sayang hanya sekali pakai 😂).
Semalam saya sempat bilang ke Mbah Kung ingin pinjam gunting rambut yang biasa beliau pakai untuk mencukur jenggot, namun tak jadi juga. Pagi tadi sang suami menyuruh Ali membeli alat cukur manual di minimarket, namun tetiba berubah pikiran lagi.
Singkat cerita, akhirnya dijemputlah tukang cukur langganan anak-anak kami di depan masjid dekat rumah. Alhamdulillah ia berkenan dipanggil ke rumah.
Acara cukur rambut Aisyah dilakukan di ruang tengah, saya yang memangku dengan dialaskan kain alas tidurnya. Dimulai dari kepala bagian depan dengan posisi telentang. Sukseslah sang bayi menangis kejar 😭 Mungkin merasa kaget serta tak nyaman. Suara bising dari alat cukur elektrik dan gatal akibat potongan rambut yang jatuh. Duh, kasihan sekali melihatnya begitu.
Ketika tiba giliran kepala bagian belakang, saya balikkan badannya dengan posisi tengkurap. Yeay! Anteng sekali. Malah terlihat seperti keenakan menikmati hahahaha. Sama seperti mandi, ia paling suka posisi tengkurap dan marah jika disudahi.
Alhamdulillah acara cukur rambut Aisyah pagi ini berjalan lancar tanpa gangguan, karena Arsya sibuk bermain sendiri, tidak mengganggu.
Share This Article :
Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup pada kolom komentar, kalau masih nekat mohon maaf komentarmu akan dihapus ya🙏