Share This Article :
Kita Punya Senjata Bernama Doa
Siang tadi saya terlibat percakapan dengan seorang kawan, sesama ibu hamil. Memiliki persoalan yang mirip dengan saya, yaitu kelamin sang janin belum juga terlihat dan ada masalah dengan plasentanya. Bayangan kesedihan kembali berkelebat.
Janin dalam perut saya pun baru mau menampakkan kelaminnya ketika ia memasuki usia 7 bulan, dan selama 6 bulan saya dihantui yang namanya plasenta previa. Dokter merencanakan operasi caesar. Saya takut sekali, terbayang sakitnya disuntik bius dan betapa nyerinya selama pemulihan. Bahkan kata orang-orang yang pernah mengalami caesar, nyeri bekas caesar itu bisa kambuh sewaktu-waktu jika lelah atau sedang mengangkat beban berat. Subhanallah saya tidak siap.
Namun Allah berkehendak lain, memasuki usia 7 bulan, sang janin berbaik hati membuka kakinya dan menunjukkan jenis kelaminnya yang insya Allah perempuan. Plasenta pun tumbuh besar ke arah atas sehingga jalan lahir aman, tidak tertutupi. Mual muntah juga berangsur hilang. Meski kontraksi masih kadang saya rasakan, tetapi tidak sesering sebelumnya. Alhamdulillah.
Mendengar penuturan saya, sang kawan bertanya:
Kawan saya: "Treatment-nya apa aja mba, biar kucoba"
Saya: "Nggak diapa-apain, cuma berdoa aja dan nggak boleh kecapean." Karena memang dokter saya bilang untuk plasenta begitu adanya, dia tumbuh dan menempel sendiri di dinding rahim, tidak bisa digeser.
Selama menanti jenis kelamin pun saya berusaha berdoa agar diberikan rejeki anak perempuan. Dan Alhamdulillah berkat kasih sayang-Nya, keduanya terkabul oleh Allah.
Namun bukan berarti saya bisa bersantai dan berhenti berdoa, karena saya tidak tahu takdir nanti bagaimana, ya kan? Semoga saja hasil USG tidak berubah dan proses persalinan saya besok berjalan lancar. Mohon doakan saya ya.
Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup pada kolom komentar, kalau masih nekat mohon maaf komentarmu akan dihapus ya🙏