Keputusan untuk mengambil tindakan _caesar_ dilakukan pada detik-detik terakhir.
Bahkan setelah cairan induksi diberikan ketika pembukaan 9 menuju 10 tak kunjung datang. Percepatan kontraksi kala itu terjadi sangat dahsyat. Kurang lebih 1 jam aku bergumul dengan 'sejuta rasa nikmat' yang Allah berikan.
Masih dengan dekapan hangat suami dan remasan jemarinya yang menentramkan, aku meminta agar ia ridha bila aku melakukan _caesar_. Bukan hanya dia, dokter dan bidan pun awalnya menahanku. Bahkan aku diarahkan untuk menjulurkan jari ke arah liang vagina yang sedang menganga.
Kepala dan rambut bayi dapat kurasakan. Lembut sekali. Si Cinta memperlihatkan hasil jepretan kamera ponselnya kepadaku. Ya, hanya tinggal 2cm saja.
Tapi sungguh aku sudah tak sanggup lagi.
Aku sadar akan kemampuan diri. 15 jam berjuang menjalani pembukaan 3 hingga 8. Kemudian dilanjut pembukaan akhir yang sangat nikmat. Teringat perjuangan mengeluarkan Arsya dulu yang juga luar biasa dahsyat, meski dengan bobot lahir kurang 300gram dari adiknya ini dan kepalanya sempat tersangkut lama di jalan lahir, Subhanallah. Prosesnya dulu nyaris sama, 15 jam-an.
Sungguh berbeda dengan pengalaman melahirkan sang kakak pertama, Ali. Lahir dengan bobot sedang 2500 gram dengan durasi hanya 6 jam saja, Alhamdulillah. Mungkin memang segitu saja batasku.
Aku memperhatikan dokter dan bidan menganalisa ulang jalan lahirku, hingga aku mendengar langsung beliau memberikan izin untuk tindakan _caesar_. Namun sebelum itu beliau mensyaratkan tindakan vakum. Semoga masih bisa tanpa operasi, begitu harapan beliau.
Aku di sini sudah tak sanggup lagi. Sungguh.
Si Cinta segera mengurus administrasi, sementara aku sendirian menunggu persiapan di ruang operasi. Tim operasi masih harus dipersiapkan, bahkan dokter anestesi pun baru dihubungi di rumahnya. Resiko operasi tanpa rencana. Aku bisa apa selain sabar? Sungguh tanpa hadir Si Cinta di sisi, aku merasa rapuh sekali. Menikmati kontraksi pembukaan 10 yang begitu dahsyat sendirian. MasyaAllah.
Akhirnya 1 jam pun berlalu. Seluruh tim dokter sudah siap, namun aku belum bertemu dengan belahan jiwaku. Tak mengapa, kuyakin ia di sana turut mendoakanku ☺
Memasuki ruang operasi, nyaliku sempat ciut. Lampu sorot besar berada tepat di atas kepalaku.
Namun harapanku untuk segera berpisah dengan nikmat kontraksi ini sudah begitu bulat. Aku berharap semua segera berlalu.
Aku tetap bersyukur sudah mampu bertahan hingga tahap terakhir proses persalinan normal, yaitu berjuang hingga pembukaan 10 yang luar biasa nikmatnya.
Syaitan sempat berbisik, "yah kalau ujung-ujungnya _caesar_ sih, kenapa nggak dari awal saja? Jadi tak perlu mules-mules segala kan". Aku segera menggeleng kuat, lebih menguatkan diri untuk membantah suara tersebut. Dzikir dan doa masih kulanjutkan sambil aku merayu Allah:
"Ya Allah, hamba ikhlas melalui semua ini. Tak mengapa kedua proses bersalin normal dan operasi kurasakan semua dalam satu waktu. Sungguh aku ikhlas tanpa menyesal sedikitpun. Mohon terima ikhtiar ku ini sebagai wujud perjuangan seorang ibu dan sudilah kiranya Kau jadikan semua ini sebagai penggugur semua dosa-dosaku. Amin"
Tak lama, suntikan berisi obat bius mendarat cantik di tulang belakangku. Bismillah, sungguh nikmat rasanya.
Lalu dalam sekejap, segala nikmat kontraksi yang lebih dari 15 jam kurasakan menguap sudah. Berganti dengan rasa nyaman hingga aku dapat tertidur. Alhamdulillah.
Satu jam berlalu, bayi montok nan cantik dengan bobot 3300 gram sudah berada di atas dadaku. Suaranya begitu lantang dan merdu. Masya Allah.
Semua ini terjadi atas izin, kuasa dan rahmat Allah. Alhamdulillah. Masya Allah.
Share This Article :
Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup pada kolom komentar, kalau masih nekat mohon maaf komentarmu akan dihapus ya🙏