MqBcMqB9MqRaLWJcNWB6Mqx6LCMkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANLITE104

Anak Laki-laki Belajar Memasak, Bolehkah?


Es cincau buatan Abang Ali


Bismillah.

Setelah sesi mengaji bersama selepas Maghrib tadi, Abang Ali membuat es cincau buat kami bertiga di rumah : dia, saya dan Arsya. Mulai dari memasak air untuk membuat susu coklat, memarut cincau dan membereskan semuanya dia lakukan sendiri. Lalu kepikiran ide menulis tentang judul di atas hehehe.

Jadi saya mau berbagi beberapa cerita yang pernah terjadi di rumah nih. Misalnya saat Arsya membantu saya di dapur, seperti biasa dia ingin coba memotong sayuran atau sekedar bereksplorasi dengan alat-alat masak saya. Banyak yang bereaksi, termasuk suami hahaha.

Cerita kedua tentang Abang Ali. Dia memang suka sekali bebikinan di dapur. Makanan jualan abang-abang di sekolahan seperti martabak telur dan manis, cilor maklor kekinian, Thai tea, dan sebagainya dia bisa buat sendiri di rumah. Saya fasilitasi saja semuanya, kadang malah sekaligus menjadi projek. Mulai dari belanja bahan dia bisa lakukan sendiri.

Lalu setelah masakannya jadi, saya share di status WA, eehh ada aja yang komentar. Waktu itu wali murid teman sekolah SD, kaget aja kok anak laki-laki ngedapur, hehehe.

Kemudian saya bertanya dalam hati sendiri, emang ada yang salah ya kalau anak laki-laki ngedapur? Apa cuma saya aja yang anti mainstream? Hahaha

Lagian kalau dipikir-pikir, kayaknya justru bermanfaat banget loh anak laki-laki belajar masak. Berikut beberapa alasannya :

1. Belajar mandiri, tidak merepotkan orang lain.
Bayangkan bila nanti anak kita ngekos untuk kuliah, kalau dia memiliki skill memasak kan dia tidak merepotkan temannya atau orang lain.

2. Bisa lebih hemat.
Oh tentu, lagi-lagi saya contohkan ketika anak qodarulloh harus berjauhan dengan kita orangtuanya. Kalau setiap hari membeli makanan siap saji, ya pasti lebih boros kan?

3. Ada masa depan karir yang menjanjikan.
Bisa kita lihat beberapa nama chef laki-laki misalnya Chef Juna atau Rudy Chaeruddin. Dengan mengembangkan sisi feminitasnya mereka mampu menjadi ahli memasak yang terkenal

4. Sayang ibu.
Ini saya rasakan ketika saya sakit. Alhamdulillah Abang Ali bisa memenuhi kebutuhannya dari tangannya sendiri. Mulai telur ceplok, nasi goreng, sambal bawang, dia bisa bikin sendiri dan membuatkan saya makanan juga saat saya terbaring di kasur. Duh terharu...

5. Sayang istri.
Ini juga pengalaman saya pribadi bersama suami, eaaa. Kalau weekend, seringnya beliau yang memasak untuk sarapan kami. Nasi goreng terasinya mantab jiwa! Selain memberi saya kesempatan istirahat, nasi goreng buatannya emang enak sih, jadi nagih hehehe. Makasih ya Pap, muach!

6. Sayang anak.
Kalau alasan ini tentang kenangan saya bersama Bapak. Dulu beliau sering membuatkan nasi goreng kencur. Khas banget. Enak. Sedap. Tapi itu dulu, waktu saya kecil hehe, sekarang sudah tidak pernah, kasihan hehehe. Kenangan itu selalu melekat dalam hati saya dan sering menjadi nostalgia antara kami.

Nah.. kalau banyak manfaataatnya begitu, kenapa harus melarang anak laki-laki kita turun ke dapur?

Namun sebaiknya diawali dulu dengan pembekalan, misalnya :
- pengenalan nama dan fungsi alat dapur
- pengenalan bumbu dan bahan masakan
- cara membaca resep
- praktik masak bersama

Okey, selamat memasak bersama ananda ya Bunda!

Share This Article :
Mamiarsyali

Mamiarsyali adalah seorang lifestyle blogger yang menulis seputar parenting, Home Education, book review, traveling dan apa saja yang dapat membuatnya lebih happy.

Hai, terima kasih sudah mampir☺

Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup pada kolom komentar, kalau masih nekat mohon maaf komentarmu akan dihapus ya🙏
6616646238410676779