MqBcMqB9MqRaLWJcNWB6Mqx6LCMkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANLITE104

Rezeki Bertetangga


Bismillah.

Yeay, bisa posting hari ini hehehe... Kemarin absen ngeblog, kecapean kedatangan tamu kerumah ( halah Mak, secapek apa sih..., alesan aja itu sih hehe ).

Jadi ceritanya tadi pagi saya kelar masak jam 9, menunya bening bayam+jagung+wortel, tahu goreng+sambal korek, dan nugget untuk Abang Arsya. Tadi beli ikan teri juga, niatnya itu tahu mau dibalado bareng teri tapi udah kelamaan di dapur (banyak iklannya kalau masak ditemenin Abang Arsya, hihihi) dan ada pekerjaan lain menanti, jadi harus segera move on, #eaaa...

Eh nggak lama, ada yang datang ke rumah, rupanya Bude Annisa tetangga sebelah kanan rumah. Wah, saya bertanya dalam hati, membawa apakah beliau? Haha PD amat yak, tapi memang begitulah kebiasaan saya dan tetangga terdekat rumah.

Kami biasa memasak dan berbagi, apa pun itu. Masakan biasa, masakan spesial, hasil panen dari kebun, atau pun oleh-oleh ketika kami habis pergi. Jadi ya bukan karena saya yang 'berharap dikasih' loh ya, tapi memang saya pun menikmati kebiasaan 'berbagi makanan' ini. Apalagi Bude juga masakannya enak-enak, meskipun jarang beliau bisa masak, karena kesibukan beliau nge-warung.

Jreeenggg...sepertinya Alloh mendengar suara batin saya yang kepingin teri, tau nggak, Bude datang bawa teri loh...hihihi Alhamdulillaaah..maasyaa  Alloh... Rezeki yang tiada disangka-sangka, bukan?

Saya yang memang kepingin teri hari ini namun Qodarulloh nggak sempat memasaknya, eh datang tetangga baik hati membawakan saya teri tempe.

Bagi saya, memiliki tetangga baik hati juga merupakan rezeki. Pernah eh sering sih, saya kecapaian dan tak sanggup ke dapur, mau beli lauk matang ditempat katering juga malas karena panasnyaaaaa subhanallah... Eh Bunda Iqbal datang bawa lauk dan sayur buat saya. Apa bukan rezeki tuh? Hehehe Maasyaa Alloh ..

Keluarga sehat, anak sholih, pasangan setia, tetangga baik-baik, itu juga rezeki bagi saya. Karena di mata saya, rezeki tak hanya berbentuk uang atau materi.

Bayangkan jika memiliki tetangga yang rese, usil, boro-boro ngasih makanan, tetapi modelan tetangga yang sukanya ngomongin kita, gosipin kita, apa bukan musibah tuh rasanya? Hehe naudzubillaah ye Mak...

Meski saya belum genap 2 tahun tinggal disini, awalnya juga nggak betah, beda banget sama lingkungan rumah sebelumnya yang lebih modern, saya berusaha mencintai tempat tinggal baru kami ini.

Awalnya yang malas keluar apalagi ngobrol sama tetangga (pada dasarnya emang saya nggak demen ngobrol kayak begitu sih hehehe), lama-lama saya berusaha mengenal tetangga dengan ikut arisan, taklim rutin di masjid , undangan-undangan acara & pengajian, supaya bisa kenal.

Untuk tetangga terdekat rumah, saya mencoba berbagi apapun yang saya bisa. Meskipun hanya berbagi pisang goreng, kue-kue, atau juga masakan spesial seperti soto ayam kampung buatan Ibu saya hahaha Alhamdulillaaah pada suka, dan mereka mengembalikan piring-piring saya tidak dalam keadaan kosong, loh. Selalu penuh ada isinya, MaasyaAlloh padahal saya nggak pernah berharap balasan. Niat saya hanya berbagi, untuk lebih akrab saja.

Nah, pagi tadi Bude memberi saya sayur dan lauk, itu kelihatan ya piring saya ada 2 dan mangkok 1 buah. Beliau sempat berkata begini ketika saya kemarin pagi mengantar kudapan ke rumahnya "Wah makasih banyak ya Bu, waduh piring Ibu udah banyak banget nih numpuk di saya" saya jawab sambil ketawa "haha udah ih biarin aja Bude, entar ditumpuk aja balikinnya", maksud saya gak perlu repot-repot diisi, apalagi semuanya. Balikin aja sambil ditumpuk. Serius. Sumpah deh.

Menjadi vitamin jiwa juga ketika saya mendengar "wah, makasih banyak ya Bu", padahal ngasihnya aja nggak banyak, rasanya juga segitu-gitunya buatan mamak Arsya yang nggak jago masak-masakan, heuheu...

Tetapi begitulah adab tetangga-tetangga saya. Malah kalau saya kehabisan cabai atau lainnya mereka nggak sungkan-sungkan memberi. MaasyaAlloh pokoknya, baarokallahu, semoga Alloh membalas mereka dengan kebaikan berlimpah, Aamiin.

Jadi, ketika kita melakukan apapun kepada oranglain, jangan pernah kita berharap : "apa nih yang bakal saya dapat dari dia?" . Apalagi berfikir untung rugi. Ada juga yang sengaja berbaik-baik di awal karena punya modus tertentu. Duh, jangan deh. Bila balasan manusia gak sesuai dengan harapan kita, nanti bisa-bisa sakit hati. Apalagi kalau sampai syaithon masuk dan menyuruh kita menjelekkan orang yang tidak membalas kebaikan kita. Bakal runyam deh urusannya. Saling benci, saling dendam. Nggak nyaman banget, bikin sumpek hati aje. Ye, kan?

Luruskan hati dan niat setiap kita melakukan sesuatu, termasuk berbuat baik kepada tetangga kita. Toh, sekaya apapun kita, sebesar apapun keluarga kita, ketika kita sakit atau kesusahan, tetanggalah yang pertama kali membantu kita, karena merekalah orang-orang yang posisinya terdekat dengan kita. Setuju?

Dan hendaknya kita selalu ingat rumus ini : "GIVE and GIVEN". Memberi dan terberi.

Bila kita rajin memberi, maka semua itu akan berbalik kepada kita. Tidak peduli sekecil apapun yang kita berikan. Alloh menilai bukan dari besar atau kecilnya, tetapi dari niatan tulus kita. Berbagi yang kita mampu meski sedikit, namun dilakukan secara kontinyu ataupun teratur, itu lebih disukai oleh Alloh.

Wallahu a'lam. Salam bahagia.





Share This Article :
Mamiarsyali

Mamiarsyali adalah seorang lifestyle blogger yang menulis seputar parenting, Home Education, book review, traveling dan apa saja yang dapat membuatnya lebih happy.

Hai, terima kasih sudah mampir☺

Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup pada kolom komentar, kalau masih nekat mohon maaf komentarmu akan dihapus ya🙏
6616646238410676779