Dari situ saya berpikir, kok omongan elu-gue sekarang jadi 'biasa' ya, di rumah ini? Lha awalnya hanya saya aja yang sering keceplosan kalau kesal. Eeeeh sekarang kok saya perhatikan, Arsya jadi menirunya, meski hanya dilakukan jika berbicara dengan abangnya. Dan tentu saja, sebelumnya Ali juga demikian, itu pun pastinya meniru dari saya. Duh .... 🙈
Okey, berawal dari sanalah akhirnya saya berniat harus memulai perubahan dari diri saya terlebih dahulu. Mencoba mengerem bicara lu-gue meski hati atau pikiran sedang tak baik, semoga bisa berubah dan kemudian ditiru pula oleh Duo A.
Lalu kenapa harus lu-gue yang dipuasakan?
Okey, jadi kamu tau kan kalau saya sedang menggalakkan kembali kegiatan read aloud alias membacakan buku kepada anak-anak. Selain untuk menambah pengetahuan, saya berharap dengan aktivitas tersebut mampu menambah kosakata baik dan baku kepada mereka. Selain itu juga agar gaya bahasa mereka bisa lebih rapi dan tertata.
Nah, jika niat tersebut lalu ditambahkan dengan kebiasaan buruk bicara lu-gue, pasti bakalan runyam kan tuh? 😂
Karena keduanya saling berseberangan:
Pertama, read aloud agar kebiasaan bicara anak semakin baik.
Kedua, lu-gue jelas bukan ucapan yang baik. Huhuhuhu tobaaaat 😷
Oke jadi sudah jelas ya, selama sepekan kemarin saya mencoba berpuasa biacara lu-gue dan berikut ini skornya: 👇🏻
D1 3
D2 4
D3 3
D4 3
D5 1 😣
D6 3
D7 1 😣
Total 18
Lumayan sih ya pekan kemarin banyak bagusnya, itu ada merahnya 2 juga bukan karena marah semua. Day 5 iya agak emosi karena Arsya nggak beresin mainan, kalau hari terakhir udah dijaga-jaga eh kelepasan, itu karena saking excited sama suami dan anak-anak yang lagi lucu tingkah mereka. Nah terus saya saking gemas menanggapi bercandaan mereka keceplosan deh kata-kata 'nyablak' tersebut.
Padahal lu-gue itu kan seharusnya biasa diucapkan bagi orang bersuku Betawi seperti suami saya, tetapi beliau tidak seperti itu lho. Malahan saya yang keturunan Jawa, yang begitu hehehe. Itu juga karena kebiasaan di rumah orang tua pada begitu kecuali Bapak, jadi ya saya ikut-ikutan (alesan 😅).
Wes pokoknya, apapun sukunya harus dibiasakan berbicara yang santun. Apalagi saya seorang ibu dari 3 orang anak. Kalau punya kebiasaan pasti mereka mudah meniru. Saya nggak mau mereka berlarut-larut dengan kebiasaan lu-gue itu. Terlebih sekarang ada anak perempuan, itu pemacu saya untuk bisa lebih baik agar ia pun bisa menjadi wanita, calon istri dan ibu yang baik pula.
Okey, selanjutnya puasa lu-gue tetap dilanjut deh kayaknya 😆 Sekaligus cara memanggil anak meski posisinya jauh, saya nggak boleh teriak. Mending dipanggil, bila tak mendengar langsung dihampiri lalu sampaikan pesannya. Harapannya agar Arsya (yang jadi PR saat ini) juga tidak kebiasaan teriak-teriak atau tantrum lagi. Aamiin insya Allah.
Share This Article :



Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup pada kolom komentar, kalau masih nekat mohon maaf komentarmu akan dihapus ya🙏